Ramadan Bersama Asmaul Husna (4)

Foto: https://alsofwa.com/ُاَلصَّمَد/

ASH-SHAMAD

Oleh: Dr. Izza Rahman, M.A. (Dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/UHAMKA) 

Allahush-shamad. Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Manusia memerlukan sandaran. Sandaran terbaiknya adalah Tuhan yang tidak bergantung kepada selain-Nya, yang menghimpun semua sifat kesempurnaan, dan yang tidak mengalami perubahan. Sandaran yang masih bergantung kepada yang lain, atau yang tidak memiliki kesempurnaan, atau yang terus mengalami perubahan — sekuat apa pun sandaran itu di mata manusia — hakikatnya adalah sandaran yang lemah.

BACA JUGA:

Ramadan Bersama Asmaul Husna (1)

Ramadan Bersama Asmaul Husna (2)

Ramadan Bersama Asmaul Husna (3)

Allah adalah Sang Tuan yang menjadi sandaran. Allah tidak bergantung kepada selain-Nya, namun semua selain-Nya bergantung kepada-Nya. Keesaan-Nya bermakna bahwa Dia tidak berubah (sehingga tidak dipengaruhi oleh yang lain), tidak memerlukan yang lain, dan tidak pula disetarai ataupun diserupai oleh apa pun.

Allah adalah sandaran dalam semua kebutuhan. Kepada-Nya bermuara semua rasa takut dan harapan. Allahlah Yang sempurna dalam segala; dalam ilmu, kebijaksanaan, belas kasih, kekuasaan, keagungan, dan segala sifat-Nya. Karenanya kepada Allahlah semua manusia pada akhirnya harus patuh, merasa butuh, dan berlabuh.  

Allah adalah Yang Mahakekal yang menjadi sandaran abadi. Allah selalu ada, sedangkan manusia adalah makhluk yang fana. Manusia dan alam berubah, sehingga ada masa ketika hati manusia menemui berbagai masalah. Hanyalah Sang Khalik Yang Mahaabadi yang tepat untuk menjadi sandaran sejati.

Hamba ash-Shamad bersandar hanya kepada-Nya, dan menyadarkan manusia untuk bersandar kepada-Nya saja. Ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak bergantung kepada orang lain, giat meningkatkan kapasitas diri, senang membantu, tidak sombong, dan tidak mudah berputus asa.