Foto: commons.wikimedia.org
AL-WAHHAB
Oleh: Dr. Izza Rahman, M.A. (Dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/Uhamka Jakarta)
Rabbana la tuzigh qulubana ba’da idz hadaytana wahab lana min ladunka rahmah, innaka antal-wahhab. Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau beri kami petunjuk, dan karuniailah kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
Kebutuhan dan keinginan manusia lebih besar dari kemampuannya. Manusia memerlukan Tuhan Yang Maha Memberi, yang dapat membantunya berharap akan terwujudnya keinginan dan keperluannya, yang memberi tanpa imbalan, dan memberi dengan cara terbaik.
Allah Sang Maha Pemberi. Pemberian dari Allah sangatlah banyak, beragam, besar, luas, dan sering. Seluruh perbendaharaan di langit dan bumi ada dalam genggaman-Nya. Pemberian-Nya tidak akan habis walaupun kehidupan manusia sudah beribu tahun lamanya. Hamba yang sadar akan menyadari karunia-Nya yang sangat banyak, mensyukurinya, dan membaguskan tawakalnya.
Baca:
Ramadan Bersama Asmaul Husna (16)
Ramadan Bersama Asmaul Husna (15)
Ramadan Bersama Asmaul Husna (14)
Allah adalah sebaik-baik pemberi. Dia memberi tidak untuk mendapatkan. Dia memberi sesuai kasih-Nya tanpa mengharapkan imbalan atau balasan dari makhluk. Dia memberi bukan karena desakan. Dia memberi sesuai kehendak-Nya tanpa diperintah oleh selain-Nya. Tidak ada yang dapat menghalangi pemberian-Nya bila Dia berkehendak memberi. Tidak ada pula yang dapat memaksa-Nya bila Dia berkehendak menahan pemberian. Dia memberi tidak asal memberi. Dia memberi sesuai ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Dia mengetahui siapa yang diberi, bagaimana cara menyampaikan pemberian, dan apa yang terjadi setelah adanya pemberian. Pemberian-Nya tidak pernah salah sasaran, salah alamat, ataupun salah tujuan.
Allah memberikan anugerah spiritual dan material. Allah menganugerahkan baik nikmat agama maupun nikmat dunia, baik yang batin ataupun yang lahir. Dialah yang memberikan hidayah, taufik, dan kemantapan beragama. Dialah pula yang memberikan karunia kesehatan, kekayaan, dan kedudukan di dunia. Hamba yang sadar, akan memandang doa sebagai hal yang membantunya bersiap menerima karunia dari-Nya, menghayati ketergantungannya kepada-Nya, mendekat kepada-Nya, dan mencintai-Nya.
Hamba al-Wahhab menjadi pribadi yang bermental pemberi, dan tidak bermental peminta-minta. Ia rajin memberi, terutama kepada mereka yang amat membutuhkan. Ia banyak bersyukur, dan memandang setiap pemberian sebagai pesan dari Sang Pemberi untuk berdekat-dekat dengan-Nya, dan untuk membantu hamba-hamba-Nya.