foto: https://iqro.xyz/surat-al-ala/
AL-A‘LA
Oleh: Dr. Izza Rahman, M.A. (Dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/UHAMKA)
Sabbih-isma rabbukal-a‘la. Sucikanlah nama Rabb-Mu Yang Mahatinggi.
Manusia memerlukan Tuhan Yang Mahatinggi. Bila rendah, tak perlu manusia sembah. Bila tidak tinggi, buat apa manusia puja puji. Bila tidak lebih tinggi, bagaimana manusia yakin sandarkan diri. Bila tidak paling tinggi, pikiran manusia akan dilanda kebingungan atau kesombongan.
Bila Tuhan adalah wujud tertinggi, manusia dapat nyaman untuk bersandar dan bersujud, lepas dari bayangan rasa takut baik kepada alam yang terus berubah ataupun kepada manusia angkuh yang terus berulah. Dengan begitu, manusia dapat tenang untuk mengelola alam, menata kehidupan, dan membangun peradaban.
BACA JUGA:
Ramadan Bersama Asmaul Husna (1)
Ramadan Bersama Asmaul Husna (2)
Allah adalah Sang Mahatinggi. Dia lebih tinggi dari segala yang tinggi. Merendahkan Sang Mahatinggi berarti suatu kezaliman yang amat besar. Menganggap ada yang lebih tinggi dari-Nya adalah suatu kesesatan yang amat jauh.
Allah lebih tinggi dalam segala segi. Dalam kedudukan, kekuatan, kekuasaan, pengetahuan, hingga kasih sayang, Allahlah Yang Tertinggi dibandingkan seluruh makhluk ataupun segala yang ditinggikan atau bahkan dipertuhankan oleh manusia.
Allah satu-satunya yang patut untuk ditinggikan. Hanya Yang Mahatinggi yang semestinya diagungkan — baik dalam ingatan, ucapan ataupun perbuatan. Hakikatnya yang selain-Nya semuanya rendah dan tidak perlu dipuja dengan merendahkan diri. Hanya kepada Sang Mahatinggi, setiap manusia selayaknya bersujud.
Hamba al-A‘la tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati sekaligus percaya diri; tidak merendahkan sesama namun juga tidak merasa lebih rendah dari makhluk lain. Ia mencoba meraih ketinggian derajat tidak untuk dikatakan hebat, namun untuk bersyukur atas nikmat-nikmat.
[RAN]
One thought on “Ramadan Bersama Asmaul Husna (3)”