Foto: sanadmedia.com
AL-MALIK
Oleh: Dr. Izza Rahman, M.A. (Dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/UHAMKA Jakarta)
Yusabbihu lillahi ma fis-samawati wama fil-ardhil-malikil-quddusil-‘azizil-hakim. Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; Sang Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Manusia memerlukan Tuhan yang kepada-Nya semua makhluk tunduk secara absolut, dan yang kepada-Nya semua manusia perlu taat secara mutlak; Tuhan yang bahkan ketika ada manusia tidak taat, tetaplah berlaku kekuasaan, hukum, kehendak dan kebijaksanaan-Nya; Tuhan yang kekuasaan-Nya mengatasi kekuasaan dari semua penguasa dunia, termasuk yang kejam dan zalim. Manusia butuh Tuhan yang mampu menyelamatkannya dari ketakutan kepada makhluk, membebaskannya dari belenggu manusia lain, dan menolongnya dari kezaliman penguasa.
Baca:
Ramadan Bersama Asmaul Husna (5)
Ramadan Bersama Asmaul Husna (4)
Allah adalah Sang Penguasa yang sebenarnya. Dia tidak berada dalam kekuasaan selain-Nya, tidak berbagi kekuasaan dengan selain-Nya, dan menguasai segala sesuatu selain-Nya. Tidak ada yang keluar dari jangkauan kekuasaan Allah. Dialah pemilik alam semesta secara utuh.
Allah satu-satunya penguasa langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya, penguasa manusia dan makhluk selainnya, penguasa dunia dan akhirat. Dialah penguasa hakiki. Kekuasaan yang dinisbahkan kepada selain-Nya sifatnya pinjaman saja, bergantung kepada-Nya, dan terbatas (cakupannya, kadarnya, masanya). Sang Penguasa sejatilah yang menganugerahkan, membagi-bagi, dan mempergilirkan kekuasaan di antara hamba-Nya. Hamba yang sadar tidak akan silau dengan kekuasaan makhluk, tidak akan menyombongkan kekuasaan, dan tidak pula merasa kehilangan saat kekuasaannya terlepas.
Allahlah penguasa mutlak. Hakikatnya, tidak ada ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan di seluruh jagat raya kecuali kepada Allah. Kepatuhan kepada selain-Nya bersifat semu, sementara, terbatas, dan relatif. Tidak ada satu pun — termasuk makhluk yang paling besar maksiatnya — yang dapat lari ataupun luput dari kekuasaan-Nya. Hamba yang sadar akan memilih mengekspresikan ketundukan dengan berupaya menaati segala yang diperintahkan.
Hamba al-Malik tumbuh menjadi pribadi yang menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, berdedikasi, bertanggung jawab, dan melayani. Ia tidak membanggakan atau menyombongkan kekuasaan, tidak membiarkan kemungkaran, dan tidak pula tunduk penuh takut pada kezaliman. Ia bersikap egaliter, senang mendengar, menghargai pandangan setiap orang, dan tidak memaksakan pendapat atas orang lain.
[RAN]
2 thoughts on “Ramadan Bersama Asmaul Husna (6)”