Oleh Noryamin Aini (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta)
[MASJIDUNA, JAKARTA] – Apa tujuan hidup kita? Narasi sederhana ini bisa memberi pencerahan. Ini petuah pengalaman orang bijak. Hidup dengan dorongan jasad dan nafsu, kita akan LELAH memenuhi tagihan dan rengekan keinginan yang bersifat duniawi. Batas keinginan nafsu tidak berujung, sampai kita terdampar di liang kubur. (QS. al-Takātsur:2)
Hidup dengan kerja akal (memuja intelektual), kita akan selalu dirongrong oleh tumpukan pertanyaan yang MEMUSINGKAN, karena rasa ingin tahu (curiosity) tidak pernah terpuaskan. Sifat ilmu berkelanjutan.
Hidup memburu pujian orang membuatkan kita penuh kemunafikan, karena kita sering berpura-pura, jaga imij, untuk tampil sempurna guna mendapatkan pujian. Sampai kapan kita menipu diri?
Sahabat!
Hidup dengan qalbu yang berzikir menjamin ketenangan (QS: al-Ra’ad :28). Ini adalah janji Allah. Usaha memenuhi tuntutan qalbu tidak susah. Karena nutrisi dan kebutuhan qalbu tidak berwujud fisikal, dan tidak juga material yang harus dibeli mahal.
Makanan dan nutrisi qalbu hanya zikir, mengaktifkan qalbu untuk mengingat Allah. Zikir itu sederhana, dan mudah, karena praktiknya tidak harus terikat waktu dan tempat. Zikir tidak mahal, karena ia tidak perlu biaya macam-macam.
Modal dasar zikir hanya kemauan dan tekad untuk mengamalkan secara berkesinambungan. Kita pasti mampu melakukannya. Tetapi, kita sering gagal memperjuangkan karena kita masih miskin, bahkan kehilangan ghirah, keinginan mempraktikkannya.
Zikir menjamin ketenangan qalbu. Lalu apakah arah-orientasi hidup kita masih memburu tumpukan materi yang membuat kita lelah, tertatih-tatih memperjuangkannya? Atau, apakah hidup kita diperbudak oleh petualangan kerja akal-intelektual yang selalu melahirkan pertanyaan yang memusing?
Karena ketenangan dan kebahagiaan adalah pilihan, aku memilih jalan zikir untuk ketenangan qalbu.
[RAN/Foto: internet]
One thought on “Mutiara Makna Hidup”