[JAKARTA, MASJIDUNA] — Pendidikan keagamaan melalui lembaga pesantren memiliki pean besar dalam kancah percaturan bangsa Indonesia. Tak saja mencetak individu yang memiliki keilmuan keagamaan mumpuni, namun peran dalam lahirnya negara kesatuan republik Indonesia.
Demikian disampaikan Ketua Panitia Kerja (Panja) Rancangan Undang-Undang (RUU) Pesantren dan Pendidikan Keagamaan, Marwan Dasopang saat rapat dengan Forum Komunikasi Pondok Pesantren dan Perwakilan Pesantren Wilayah Indonesia di Komplek Gedung Parlemen, Senin (26/8) kemarin.
Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia ke depan mesti menekankan nilai-nilai keIndonesiaan. Marwan mencatat, pesantren telah menorehkan jejak dalam sejarah lahirnya negara bernama Indonesia
“Itulah yang didefinisikan NKRI. Kalau tidak menanamkan nilai-nilai keIndonesia, itu bukan pesantren, menurut definisi ini (RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan, red),” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu merujuk sejarah. Pesantren, menurut Marwan, telah mengambil peran dalam berdirinya sebuah negara bernama Indonesia. Bahkan sebelum Indonesia berdiri sebagai sebuah negara, pesantren jauh lebih dahulu berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui pendidikan keagamaan.
Pesantren pun telah merumuskan idelogi kelembagaan negara. Selain itu, mencetak sumber daya manusia sebagai mesi perubahan. Karenanya menjadi perlu lagi dipertanyakan kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia pesantren dalam bidang keilmuan keagamaan dan jiwa nasionalisme.
“Sejarah membuktikan mampu,” kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Anggota Komisi VIII Adi Putra Darmawan Tahir menambahkan, UU meripakan benteng dalam menghadapi serangkan budaya luar. Makanya, Indonesia sebagian masyarakatnya merupakan alumni dari pendidikan pesantren. Budaya Indonesia, orangnya kerap memiliki tutur kata sopan.
“Makanya buatlah UU supaya budaya Indonesia terpelihara,” pungkasnya.
