Syekh Djamil Djambek, Ulama yang Pernah Jadi Ahli Sihir dan Pemabuk

Syekh Djamil jambek (foto:istimewa)

[JAKARTA, MASJIDUNA]– Ulama besar asal tanah Minangkabau, Muhammad Djamil, saat ini mungkin kurang dikenal. Namun dia dikenal sebagai salah seorang ulama pembaharu dan ahli ilmu falak yang mumpuni pada zamannya, bahkan hingga saat ini. Dia lahir dari keluarga bangsawan yang lahir pada di Bukittinggi, pada 1862 (ada yang menyebut 1860) dan meninggal di Bukittinggi, 30 Desember 1947 pada umur 85 atau 87 tahun.

Ayahnya, Saleh Datuak Maleka, merupakan seorang penghulu dan kepala nagari Kurai, sedangkan ibunya berasal dari Sunda. Sebelum dikenal sebagai seorang alim, kehidupan Dajmil muda sangat jauh dari nilai-nilai agama Islam. Almarhum Ahmad Syafii Maarif dalam bukunya “Al-quran dan Realitas Umat” pernah menulis tentang ulama ini. Menurut Ketua PP Muhammadiyah periode 1998-2005, ini sebutan Djambek berarti senang memanjangkan janggut dan kumis hingga usia tua. “Perjalanan tokoh ini penuh rona dan drama,” kata Buya Syafii Maarif.

Baca Juga: Di Mekah, Para Tokoh NU dan Muhammadiyah Bertemu

Bagaimana tidak, sebelum menjadi ulama dia hidup sebagai “parewa” dengan segala tabiat buruk yang dilekatkan padanya.” Dia ahli sihir, pemabuk dan bahkan suka mencuri,” tulis Buya.

Petualangan sebagi “parewa” berjalan selama 10 tahun hingga suatu ketika dia hampir mati digebuk orang sekampung karena tepergok mencuri. Dia pun insyaf dan mulai kembali ke jalan yang benar dengan niat yang sungguh-sungguh. Maka pada tahun 1894 usia 34 tahun setelah ayahnya benar-benar yakin sang anak sudah insyaf, dia pun diajak ke Mekah untuk menjalankan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu. Di Mekah kala itu, dia berguru langsung kepada Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, ulama Minang yang menjadi guru para ulama di Nusantara seperti KH Agus Salim, Syekh Abdul Karim (ayah Hamka), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muyhammadiyah) hingga KH Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama).

Baca Juga:Syekh Junaid Al-Batawi, Ulama Betawi di Masjidil Haram

Sepulang dari Mekah, Syekh Djamil Djambek membuktikan bahwa dia bukanlah orang yang dulu. Kini menjadi seorang ulama, dan itu dibuktikan dengan sikap, ajaran dan pendidikan kepada masyarakat sekitarnya melalui surau yang dia dirikan, yaitu Surau Tengah Sawah dan Surau Kemang.

Kiprahnya mampu memberikan warna baru di bidang kegiatan keagamaan di Minangkabau. Mengutip Ensiklopedia Islam, Syekh Muhammad Jambek juga dikenal sebagai ulama yang pertama kali memperkenalkan cara bertablig di muka umum. Barzanji (rawi) atau marhaban (puji-pujian) yang biasanya dibacakan di surau-surau saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, digantinya dengan tablig yang menceritakan riwayat lahir Nabi Muhammad dalam bahasa Melayu.

Atas kiprahnya dalam bidang agama, dia pun mendapatkan anugerah Bintang Mahaputera Utama pada 7 Agustus 1995 oleh Presiden Soeharto.

(IMF/dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *