LAPORAN: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Prof Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta/Pemerhati Sosial Keagamaan)
[CONDELL PARK, SYDNEY, MASJIDUNA] — Di tengah mobilitas kota Sydney yang sangat tinggi, tetap tersedia ruang dan pilihan bagi orang-orang yang mendambakan kekhusyukan dalam ibadah. Sementara di sebagian masjid, durasi tarawih dibuat ringkas agar jamaah tidak pulang terlalu larut karena awal waktu isya di bulan Maret yang hampir jam 9 malam, Masjid Daar Ibn Abbas di Condell Park menawarkan suasana yang berbeda.
Di sini tarawih dilaksanakan dengan 20 rakaat dengan salam setiap dua rakaat. Untuk tiap dua rakaatnya, rata-rata berlangsung 10 menit — sama lamanya dengan shalat isya berjamaahnya. Bacaan imam tenang, merdu dan fasih. Saat tarawih malam ini (12/3/24) imam membaca surah al-Baqarah mulai dari ayat 177 (pertengahan juz 2) sampai surah Ali Imran ayat 15 (pertengahan juz 3), dengan pergantian imam tarawih setelah 10 rakaat.
Di sini tarawihnya lama bukan karena bebacaan di jeda antar shalat, bukan pula karena lamanya kultum dan maklumat, tapi karena bacaan dan gerakan shalatnya memang sangat dinikmati. Tak ada zikir atau atau doa yang dibacakan selepas isya. Setiap selesai empat rakaat tarawih, seorang “bilal” membaca Subhanallah, walhamdulillah, wala ilaha illallah wallahu akbar, la hawla wala quwwata illa billahil-‘aliyyil ‘azhim, astaghfirullah, khatamal anbiya’ walmursalin shallu ‘alayh. Setelah witir, imam (yang sebelumnya mengimami isya) memimpin doa sebentar. Selebihnya tidak ada bacaan-bacaan lain yang dibacakan, selain bacaan Qur’an dalam shalat. Ceramah ataupun pengumuman dari takmir tidak ada. (Bisa tambah lama ya kalau sampai ada).
Total ada tiga imam yang tampil, yaitu imam isya dan witir (yang lebih senior), serta dua imam shalat tarawih (yang lebih muda). Indahnya bacaan imam membuat lamanya tarawih tak begitu terasa. Kendati begitu, dari belasan saf-panjang (laki-laki) di awal shalat isya, di akhir witir tersisa empat saf saja (saya tidak tahu berapa saf perempuan di lantai atas). Setengah jamaah mencukupkan dengan 8 rakaat tarawih saja (ini pun sudah 40 menit), sebagian lagi mencukupkan dengan 12 rakaat tarawih, dan ada pula yang tidak ikut witir (termasuk dua imam tarawihnya).
Di masjid ini tampak imam dan makmum terlihat berasal dari berbagai latar belakang etnis, budaya, dan (saya kira juga) mazhab. Imam isya dan witir tidak menjaharkan basmalah, sedangkan imam tarawih menjaharkan basmalah. Shalat witir dilakukan dalam tiga rakaat dengan tahiyat awal di rakaat kedua, dan juga doa qunut secara sirr sebelum rukuk di rakaat terakhir. Qunutnya diawali takbir namun tangan kembali sedekap (tidak diangkat seperti posisi doa umumnya).
Di Masjid Condell Park, ini tarawih malam kedua untuk Ramadan tahun ini. Pasalnya, masjid ini mengikuti hasil rukyat hilal lokal (local moonsighting). Ya inilah salah satu masjid di Sydney yang menyediakan kenyamanan dan ketenangan lebih bagi mereka yang berpegang kuat pada tradisi. Namun, siapa pun yang datang di masjid ini akan disambut dengan suasana lapang, tenang, dan damai. Pasalnya, bangunan fisik masjidnya, yang nyaman dan indah, memang terbilang baru —baru rampung 2022 lalu, sekalipun Daar Ibn Abbas sendiri sudah berdiri sejak 2010.
Untuk kali ini, kami pulang dari jamaah tarawih pukul 11:05 malam. Itu artinya, dari shalat tahiyat masjid sampai selesai witir, tidak kurang dari 2 jam. [RAN/Foto: Dokpri]