Oleh: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Prof. Dr Hamka/Uhamka, Jakarta)
MANUSIA membutuhkan Tuhan yang memberinya kehidupan, sarana penghidupan, dan kemudahan hidup. Bahkan, manusia memerlukan Tuhan yang tidak sebatas memberi, namun mudah memberi, banyak memberi, terus memberi, dan memberi tanpa imbalan. Lebih dari itu, manusia berharap pemberian Tuhan tetap ia terima sekalipun dirinya bergelimang dosa-dosa.
Sudah seharusnya manusia merasa beruntung dan bergantung. Melalui firman-Nya, manusia diingatkan bahwa Tuhan itu al-Karim (al-Infithar: 6). Ya ayyuhal-insanu ma gharraka bi rabbikal-karim. Hai manusia, apa yang memperdaya kamu (sehingga durhaka) terhadap Rabbmu Yang Maha Pemurah?
Allah Maha Pemurah. Allah banyak memberi, terus memberi, mudah memberi, memberi lebih, memberi tanpa imbalan, memberi tanpa sebab, memberi tanpa pilih kasih, dan memberi baik yang butuh ataupun yang tak mengerti kebutuhannya. Allah memberi saat manusia meminta, belum meminta, ataupun tak mau meminta. Dia memberi sekalipun manusia tak punya hak menuntut pemberian dari-Nya. Dia memberi walaupun manusia tidak mensyukuri karunia-Nya. Untuk kebutuhan besar maupun kecil, Allah melayani pinta dari hamba yang saleh ataupun yang berlumur dosa.
Allah Mahamulia. Allah banyak memberi kebaikan karena ketinggian dan kemuliaan-Nya. Allah terbebas dari segala cacat dan kekurangan; dan bagi-Nya semua keagungan dan kemuliaan. Siapa dekat dengan-Nya, terangkatlah derajat kemuliaannya. Hamba yang sadar, akan malu untuk berbuat durhaka, malu untuk menunda tobatnya, dan malu untuk lebih mendekat kepada selain-Nya.
Allah Maha Memuliakan. Tak ada yang memberi kemuliaan selain-Nya. Allah tidak menutup ampunan bagi para pendosa, tidak menutup rahmat bagi insan yang lalai, dan juga tidak menyia-nyiakan amal saleh dan ketaatan hamba-Nya. Hamba yang mengerti, akan berusaha untuk segera bertobat, untuk senantiasa taat hanya kepada Allah, dan mengharap kemuliaan hanya dari Allah.
Manusia yang sadar, tak akan sombong, tak akan putus asa, malu bila meragukan kasih sayang-Nya, dan berupaya untuk bersyukur senantiasa. Hamba al-Karim tumbuh menjadi pribadi mulia, yang peduli, gemar memberi, rajin menolong, dan senang mengantarkan kebaikan. Ia merasakan kebahagiaan dalam aktivitas memberi, dan tidak merasa terganggu oleh banyaknya permintaan.
“Ya Allah, kami berlindung pada kemuliaan nama-Mu, dari kekafiran dan kefakiran. Tiada ilah selain-Mu al-Halim al-Karim.”
[RAN/Foto: internet]