Obrolan Buya Hamka dan Yunus Yahya soal Khong Hu Chu dan Islam

[JAKARTA, MASJIDUNA]– Ketua Majelis Ulama (MUI) pertama Buya Hamka dan tokoh Muslim Tionghoa Yunus Yahya sudah lama meninggal dunia. Namun jejak persahabatan, toleransi dan ukhuwah yang mereka torehkan masih bisa dilacak hingga kini. Salah satunya, obrolan Buya Hamka dan Yunus Yahya, di awal-awal menjadi mualaf. Yunus Yahya masuk Islam pada 23 Juni 1979 di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Meski bukan Buya Hamka yang membimbing dua kalimat syahadat, namun keduanya sering berkomunikasi.

Baca Juga:Haji Masagung, Tionghoa yang Turut Mengharumkan Islam Lewat Buku

Pada suatu pertemuan setelah tiga tahun jadi seorang Muslim, Yunus Yahya berbincang dengan Buya bersama sejumlah pemuda Tionghoa. Rupanya Hamka menguasai filsafat dan kebudayaan orang Tionhoa, yang membuat banyak orang tertarik kepada ulama asal Sumatera Barat itu. “Ketahuilah kita bahwa beliau menguasai falsafah dan pandangan hidup masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia,” kata Yunus dikutip dari buku kumpulan karangan “Muslim Tionghoa”.

Kemudian, Hamka menjelaskan persamaan antara Islam dan ajaran Kong Hu Chu. “Keluar dari mulut beliau uraian mengenai Kong Hu Cu,” katanya. Antara lain persamaan ajaran kewajiban mencintai dan menjunjung tinggi orang tua dan Ibu Bapak kita. Uraian-uraian tentang Kong Hu Chu dan Islam ini banyak membuat masyarakat Tionghoa menaruh respek.

Yunus Yahya mengakui bahwa Hamka adalah salah satu sosok yang membuka jalan bagi warga keturunan Tionghoa untuk mendapat tempat yang wajar. “Sikap dan statemen beliau menjangkau lebih jauh daripada membantu mualaf dalam arti yang sempit,” lanjutnya.

Maka tidak mengherankan bila cukup banyak masyarakat Tionghoa yang diislamkan oleh Hamka, termasuk konglomerat Jusuf Hamka, yang bahkan diangkat sebagai anak oleh Hamka.

Baca Juga; Mengenang Junus Jahja, Orang Tionghoa di Jajaran MUI

Yunus Yahya kemudian dikenal sebagai salah seorang pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan meninggal di Jakarta pada 7 Desember 2011. Sementara Hamka dikenal sebagai ulama dan sastrawan, kelahiran Sumatera Barat yang meninggal pada 24 Juli 1981 di Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *