Mengembalikan Fungsi Sosial Masjid, MUI Bergerak

[JAKARTA, MASJIDUNA] — Menjadikan masjid sebagai pusat peradaban sudah terjadi sejak era Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Berlanjut era sahabat,  tabiin, maupun tabiut tabiin. Hakikatnya tak saja sebagai tempat beribadah, namun masjid memiliki  fungsi sosial.

Di tengah situasi darurat kesehatan maupun bencana nasional kesehatan yang ditetapkan pemerintah, perekonomian masyarakat pun kalang-kabut. Tak ada kepastian penghasilan. Nah peran masjid justru mesti dikembalikan dalam menjalankan fungsi sosialnya. Setidaknya membantu masyarakat terdampak pandemi Covid-19.

“Maka peran masjid untuk dijadikan pusat peradaban dan mashalah aktivitas umat harus kita kembalikan lagi,” ujar Wakil  Ketua Satuan Tugas (Satgas) Nasional Covid-19 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Divisi Penyaluran Bantuan, KH Nadjamudin Ramly dalam sebuah diskusi daring bertajuk ‘Peran Masjid di Masa Pandemi’,  Jumat (8/5).

Masjid di tengah pandemi Covid-19 memang nyaris senyap aktivitas keramaian beribadah. Apalagi kegiatan ibadah lainnya yang melibatkan banyak orang. Sekalipun ada, itupun  hanya aktivitas takmir atau marbot masjid. Menurut Kyai Nadjamudin, masyarakat disarankan tak banyak beraktivitas di luar rumah.

Sementara aktivitas bekerja mencari nafkah pun terhalang. Dampaknya nyaris semua elemen masyarakat mengalami kemiskinan. Pendapatan tak saja berkurang, bahkan nyaris tak ada bagi yang mengandalkan pengasilan harian.  Tak saja pengusaha besar, menengah dan kecil pun mengalami hal serupa. Kesenjangan ekonomi pun terjadi.

5000 paket bantuan

Pria yang juga menjabat Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI bidang Kerukunan Antar Umat Beragam itu menargetkan  MUI dapat membagikan paket bantuan sebanyak 5000 paket. Sayang, target baru mencapat 2500 paket bantuan yang terimplementasi. “Kami masih mengikhtiarkan secara optimal bantuan dari donatur dan dapat dikirimkan ke MUI,” harapnya.

Ribuan paket bantuan itu ditujukan bagi para guru-guru mengaji, ustad dan ustadzah, mubaligh, dai, serta takmir atau marbot masjid. Menurutnya 2500 paket yang tersisa bakal diusahakan hingga jelang hari raya Idul Fitri mendatang.

Dia bilang, paket bantuan kemanusiaan di tengah wabah penyakit amatlah penting. Kyai Nadjamudin pun teringat sebuah hadis yang disabdakan baginda Rasulullah. “Barang siapa siapa tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi,” katanya. “Sebak-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya,” tambahnya.

Kyai Nadjamudin menganjurkan sangat agar massyarakat saling membantu dan mengasihi di tengah situasi pandemi Covid-19. Baginya, target utama di bulan Ramadhan menjadikan insan yang paripurna. Dia mencontohkan MUI sedang menggalakan gerakan ‘Berseri’, alias Bersedekah Seratus Ribu.

Dia berharap melalui gerakan ‘Berseri’, masyarakat mampu dapat bersedekah dengan mendonasikannya ke MUI. Nantinya selain didistribusikan bagi warga terdampak Covid-19 dalam bentuk sembako, juga digunakan membelli keperluan alat pelindung diri (APD) tenaga medis, masker, hand sanitizer serta kebutuhan alat kesehatan lainnya.

Terlebih pandemi Covid-19 belum tentu rampung dalam waktu dekat. Menurutnya selain bersabar dengan tetap menjalani aktivitas di rumah masing-masing, juga memastikan bantuan tetap tersalurkan tepat sasaran.

“Insya Allah jangan sampai ada umat Islam mati kelaparan.  Saatnya kita membangun solidaritas dan soliditas,” pungkasnya.

[AHR/Foto: liputanbanten.co.id]

2 thoughts on “Mengembalikan Fungsi Sosial Masjid, MUI Bergerak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *