Foto: pwmjateng.com
[YOGYAKARTA, MASJIDUNA] — Puasa sejatinya pembentukan ketakwaan ideal melahirkan spiritual utama dan luhur. Karenanya puasa tak boleh hanya menjadi ibadah ruutinitas tahunan, tapi mesti ada signisifikansi peningkatan kualitas diri setiap umat islam. Demikian disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui keterangannya, Selasa (21/2/2023) kemarin.
Dia menerangkan ada 4 poin terkait nilai-nilai spiritual ibadah puasa. Pertama, puasa momentum agar semakin dekat dengan Allah. Puasa sebagai bagian dari ibadah mahdlah yakni aktivitas yang hanya boleh dilakukan karena Allah. Nah karena itulah tunduk dan patuh kepada Allah dengan menjalankan ibadah puasa merupakan satu langkah untuk menjadi insan yang baik. Insan yang tidak mungkin tergoda melakukan perkara-perkara yang dilarang agama seperti risywah, namimah, dan madzmumah.
“Orang yang dekat dengan Allah, ia tidak akan menyimpang, tidak akan korupsi, ia tidak akan menyeleweng dan melakukan hal-hal buruk lainnya, hatta ia memiliki peluang (berbuat buruk),” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Muhammadiyah.
Baca juga:
- Perlunya Penguatan Masjid Milik Muhammadiyah
- Muhammadiyah-NU Sepakat Pengeras Suara Masjid dan Mushola Diatur
- Mengembalikan Fungsi Sosial Masjid, MUI Bergerak
- Memaksimalkan Peran Masjid di Tengah Wabah
Melalui ibadah puasa,, bakal terjadi gerakan spiritualitas tertinggi, sehingga setiap muslim akan terjaga hidupnya. Kedua, puasa momentum untuk membiasakan akhlak mulia. Allah mengutus Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam untuk memperbaiki ahlak manusia. Melalui puasa menjadi cara membentuk ahlak mulia. Termasuk etika dan moral pun akan terbentuk.
“Puasa dijadikan sarana untuk menundukkan diri agar kita tidak menjadi orang-orang yang berlebihan, karena puasa mengajarkan kita untuk belajar untuk tidak berlebihan,” katanya.
Ketiga, puasa momentum menjaga persatuan dan persaudaraan. Menurutnya, orang yang berpuasa pandai mengendalikan diri dari emosi amarah dan kebencian. Segala bentuk pertengkaran dan permusuhan akan dijauhi. Sekalipun terdapat perbedaan paham yang begitu hebat, orang yang berpuasa akan senantiasa cinta damai dan persaudaraan. Di dalam diri orang yang berpuasa, tidak ada tempat yang tersisa bagi para pemuja amarah dan pemantik konflik.
“Puasa mengajarkan hidup damai, rukun, dan diajarkan untuk hidup bersatu dan bersaudara. Puasa harus melahirkan gerakan sosial kebangsaan yang membuat kita kaum muslim sebagai kekuatan perekat bangsa, dan pembawa perdamaian yang mencegah konflik,” katanya.
Keempat, puasa momentum untuk hidup penuh toleran. Menurutnya, perbedaan penentuan tanggal untuk hari-hari besar umat Islam, misalnya, tidak perlu menjadi bahan olok-olokan. Puasa mestinya menjadikan diri menjadi insan yang tasamuh, toleran, membawa pada ukhuwah. Karena dengan bersikap toleran, hidup saling menghormati.
“Maka, para ilmuwan, ulama, mubaligh, dan semuanya, ketika menemui perbedaan, kita harusnya semakin dewasa dan tasamuh,” tegasnya.
Dia berharap dengan hadirnya puasa Ramadan dapat melahirkan pribadi-pribadi yang luhur dan utama. Yakni menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah. Kemudian terbiasa melakukan perilaku akhlak mulia, senantiasa menjaga persatuan dan persaudaraan, dan membangun kehidupan yang penuh toleran di antara perbedaan.
[AR/Muhammadiyah]
2 thoughts on “Pesan Haedar Nashir Empat Spiritual Ibadah Puasa”