Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 Prof K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin. Foto: www.umy.ac.id
[YOGYAKARTA, MASJIDUNA] — Wawasan Islam Berkemajuan dibangun berdasar kosmopolitan pemikiran. Pertama, tauhid bukan semata keesaan, tapi Pengesaan-Mengesakan Allah. Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 Prof K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin pada acara Pengajian Ramadan 1444 H PP Muhammadiyah, Jumat (24/3/2023) malam.
Din Syamsuddin, begitu biasa disapa menerangkan istilah keesaan dan pengesaan yang memiliki perbedaan makna. Menurutnya, tauhid yang mengesakan bersifat aktif. Yakni tauhid yang didalamnya terkandung aspek kemanusiaan. Dengan demikian, ketauhidan warga Muhammadiyah memiliki dampak dan dimensi sosial untuk membangun kemanusiaan.
Kedua, Islam yang Berkemajuan dibangun menggunakan kerangka pemikiran yang berdimensi khilafah. Din menerangkan, terma khilafah dalam Islam Berkemajuan tak semata khilafah politik. “Khilafah di sini adalah khilafah peradaban,….. jadi Allah telah mendelegasikan tugas untuk membangun bumi, dan secara bersama-sama membangun peradaban,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Muhammadiyah.
Baca juga:
- Pesan Haedar Nashir Empat Spiritual Ibadah Puasa
- Perlunya Penguatan Masjid Milik Muhammadiyah
- Mengembalikan Fungsi Sosial Masjid, MUI Bergerak
- Memaksimalkan Peran Masjid di Tengah Wabah
Din menemukan, pada agama-agama langit atau samawi memiliki konsep serupa khilafah. Seperti di Yahudi ada Kingdom of Heaven atau membangun kerajaan langit. Termasuk di agama Nasrani atau Kristen juga ada konsep yang disebut dengan Kingdom of God atau membangun kerajaan Tuhan di muka bumi. Sementara Islam datang dengan bentuk sebuah peradaban atas dasar tauhid.
“Inilah tujuan kita,” ujarnya.
Ketiga, Islam Berkemajuan bagi Guru Besar Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini dibangun dalam kerangka gerakan islah atau konstruksi yang bukan reformis tapi juga bukan puritanistik. Dia berpendapat, gerakan islah Muhammadiyah memiliki trisula sendiri yakni amaliah/praksis, wasathiyah/moderat, ashriyah atau sesuai dengan zaman.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2015-2020 menilai, perlu menambahkan etos penghargaan terhadap waktu dan kerjasama yang melintas. Termasuk merumuskan kode etik. Din berharap Islam Berkemajuan menjadi alternatif bagi penataan peradaban dunia yang lebih baik di masa mendatang.
[AR]
2 thoughts on “Tiga Kerangka Islam Berkemajuan Berdimensi Tauhid Aktif”