LAPORAN: Dr. Izza Rohman, M.A (Dosen Universitas Prof. Dr. Hamka (UHAMKA), Pemerhati Sosial Keagamaan)
[BANKSTOWN, SYDNEY, MASJIDUNA] — Di Sydney, diaspora Indonesia terwadahi oleh banyak organisasi atau perkumpulan. Walaupun di Sydney Raya, hanya 0,6% penduduk yang memiliki leluhur Indonesia, jumlah perkumpulan orang Indonesia seolah tak mau kalah dengan jumlah orang Indonesia itu sendiri.
Banyak di antaranya adalah berbagai organisasi atau forum yang menonjolkan asal-usul kedaerahan. Ada perkumpulan orang Aceh, Sulawesi, Jawa Timur, Minang, dan yang lain. Orang Minang terbilang memiliki lebih banyak perkumpulan. Di antaranya Sulit Air Sepakat (SAS) dan Ikatan Keluarga Minang Saiyo (IKMS).
Jejaring orang Minang telah berhasil mendirikan suatu organisasi surau dengan nama Minang House Sydney sejak 2015, yang kemudian berganti nama pada 2018 menjadi Surau Sydney Australia. Melalui upaya beberapa tahun, mereka akhirnya dapat membeli suatu gudang pabrik di Bankstown pada tahun 2021 untuk dialihfungsikan menjadi surau. Surau ini diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat pada November 2023. Sebenarnya sebelum diresmikan, surau ini sudah sering digunakan untuk tempat berbagai kegiatan dan juga tempat ibadah dan pengajian.
Rabu malam Kamis, 3 April 2024, kami mengikuti kegiatan tarawih di Surau, yang terletak di zona kawasan industri di Bankstown yang hampir sepertiga penduduknya adalah muslim. Malam itu secara khusus saya memang diundang untuk bersilaturahim mewakili Muhammadiyah New South Wales untuk penjajakan kerjasama dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bukittinggi, yang ketuanya, Ustadz Gafnel Ghafar Datuak Basa, sedang bersafari dakwah di Sydney.
Jam 8:30 malam, acara dimulai oleh pembawa acara (bidang tabligh Surau), yang menyampaikan secara singkat agenda malam itu. Rangkaian acara dimulai dengan menyimak ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Nasrul, salah seorang ustadz yang didatangkan dari Sumatera Barat untuk mengisi Ramadan di Surau tahun ini.
Sekitar 20 menit penceramah menerangkan kandungan pokok surah al-Qadr: a) kemuliaan Ramadan sebagai saat turunnya al-Qur’an, b) keutamaan lailatul qadar, yang lebih baik dari seribu bulan, dan c) turunnya malaikat pada lailatul qadar. Ceramah disampaikan dalam bahasa Indonesia dengan selingan bahasa Minang.
Setelah itu baru dilangsungkan shalat isya berjamaah. Yang tampil menjadi imam adalah pimpinan remaja surau (Surau Connect), yang sudah banyak hafal al-Qur’an. Ia bacakan surah adz-Dzariyat setelah al-Fatihah. Shalat isya selesai dalam 12 menit.
Setelah shalat sunah bakdiyah, dilanjutlah dengan tarawih berjamaah. Dilaksanakan dalam 8 rakaat, dengan salam tiap dua rakaat. Imam isya lanjut memimpin empat rakaat pertama, namun kali ini ia bacakan surah Ali ‘Imran mulai dari ayat 133.
Empat rakaat berikutnya, dan juga shalat witir, dipimpin oleh satu lagi ustadz yang didatangkan dari Tanah Air. Ustadz Azca namanya, lulusan Universitas Islam Madinah. Ia membacakan surah al-Muzzammil (sampai ayat 19) di rakaat kelima dan keenam, lalu surah al-Insan (sampai ayat 10) di rakaat ketujuh dan kedelapan. Saat witir ia bacakan al-A’la, al-Kafirun, dan al-Ikhlash. Witirnya dalam tiga rakaat tanpa tahiyat awal, dan dengan doa qunut saat iktidal. Tak lupa selipan doa untuk kaum muslim yang terus tertindas di Palestina.
Seusai witir, acara silaturahim digelar. Yang tampil berbicara bergantian di depan adalah Ketua PDM Bukittinggi, Ketua PRIM NSW, dan Presiden SSA. Ketua PDM Bukittinggi menyampaikan gagasan tentang pesantren internasional sebagai pengembangan pesantren yang dikelolanya, dan tentang pentingnya dukungan Muhammadiyah bagi Surau. Ketua PRIM NSW menyampaikan perkembangan Muhammadiyah di Australia dan beberapa peluang kerjasama dakwah ke depan. Ketua PRIM NSW juga menyerahkan hadiah buat Cerah Mentari di Ufuk Sydney kepada Ketua PDM Bukittingi. Sementara di akhir Ketua SSA menyampaikan tentang profesionalitas dakwah yang hendak dikembangkan oleh Surau dan harapan agar kerjasama dapat direalisasikan dalam waktu segera.
Setelah masing-masing paparan yang berhias canda selama setengah jam lebih, silaturahim berlanjut dengan sesi foto, dan kemudian percakapan informal untuk menindaklanjuti harapan dan program yang bisa dikerjasamakan. Bergabung pula Ketua IKMS. Pertemuan berlanjut satu jam, dan diakhiri dengan menikmati hidangan bubur ketan hitam yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu warga Surau. Ketua Muhammadiyah NSW juga diberi “berkat” bungkusan soto Padang. [RAN]