Pakistan Studi Banding Pendidikan Kesetaraan di Pondok Pesantren Salafiyah

Masjiduna.com, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama menerima delegasi dari Paksitan, Senin (11/3/2019). Kunjungan ini dimaksudkan untuk studi banding terkait penyelenggaraan pendidikan kesetaraan di Indonesia.

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Pontren) Kemenag Ahmad Zayadi menyambut baik kegiatan studi banding yang diinisiasi oleh Japan Internasional Cooperation Agency (JICA)-Advancing Quality Alternative Learning (AQAL) Project di Pakistan dalam upaya melihat pendidikan kesetaraan. “Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan telah dilakukan seribu lebih pesantren salafiyah di Indonesia,” ujar Zayadi dalam siaran pers yang diterima MASJIDUNA.COM, Selasa (12/3/2019).

Kunjungan delegasi dari Paksitan terdiri dari Sekretaris Kementerian Pendidikan Federal, Staff dari Negara Federal Provinsi Balochistan dan Sindh serta Koordinator dari JICA-AQAL Project di Pakistan dan Dekan Fakultas Pendidikan dari Allama Iqbal Open University Islamabad, Total peserta delegasi sebanyak 18 orang.

Selain ke beberapa pesantren salafiyah penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan, rombongan delegasi juga akan mengunjungi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berada diwilayah Bandung Jawa Barat pada 13- 15 Maret 2019.

Lebih lanjut Zayadi menjelaskan pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh pesantren salafiyah, telah melayani program pendidikan bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan formal. “Jadi pesantren itu melayani yang belum terlayani, reach the unreach, menjangkau yang selama ini belum terjangkau oleh layanan pendidikan formal.,” urai Zayadi.

Sementara menurut Kepala Penasihat JICA-AQAL Pakistan Chiho Ohashi, Pakistan merupakan dua Negara terbesar setelah Nigeria dengan anak putus sekolah sebanyak 22,8 juta jiwa dengan rentang umur usia wajib belajar anak usia 5-16 tahun. Pakistan juga merupakan Negara dengan tingkat buta aksara diatas usia 10 tahun keatas.

Menurut Chiho, studi banding di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan pendidikan non-formal sebagai pendidikan alternatif yang berkualitas di Pakistan. “Untuk itulah kunjungan ini dirancang untuk belajar membuat kebijakan, standar kurikulum secara efisien pada usia sekolah dasar dan menengah,” kata Chiho. Menurut dia, Indonesia memiliki pengalaman yang banyak dalam pendidikan non-formal dengan inisiatif dan komitmen yang sangat kuat dari pemerintah Indonesia. [far]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *