Mengintip Jejak Singkat 5  Masjid Tertua di Indonesia

Masjiduna.com– Bangunan seperti pendopo itu menjadi saksi keberadaan wali songo di era abad ke 15. Masjid Demak namanya. Bangunan Masjid Demak menjadi satu dari sekian masjid tertua yang berada di Indonesia. Masjid, bagi kalangan muslim di Indonesia tak saja menjadi tempat ibadah, namun juga sebagai pusat pergerakan umat.

Bahkan di era kolonial Belanda, masjid menjadi pusat perjuangan umat melawan kekejaman penjajahan di Indonesia. Selain sebagai tempat ibadah, masyarakat pun sesekali dapat menginjakan kaki di sejumlah masjid tertua ini. Apalagi agama Islam masuk ke tanah nusantara dibawa para pedagang Gujarat Hindia sekamir abad ke 11.

Sejak itulah pekembangan Agama Islam mulai tersebar ke berbagai wilayah nusantara. Menjadi bukti di tanah air, perkembangan berdirinya masjid  kiat banyak tersebar. Sejumlah masjid tertua di Indonesia setidaknya masyarakat perlu mengetahuinya. Lantas masjid tertua mana saja yang memiliki nilai sejarah yang menjadi saksi bisu dalam pekembangan agama Islam di tanah air?.

Berikut masjid tertua  dan bersejarah:

  1. Masjid Saka Tunggal
Masjid Saka Tunggal. Sumber foto: internet

Nama Masjid Saka Tunggal mungkin asing di telingan kuping sebagian banyak orang. Padahal, masjid tersebut amatlah tua usianya.  Ya, masjid tertua di Indonesia tepatnya. Dibangun kali pertama pada tahun 1288, terletak di bilangan desak Cikakak, Banyumas Jawa Tengah.  Keterangan  tahun pembangunannya tertulis pada Saka Guru alias Tiang Utama masjid tersebut.

Bangunan yang kini banyak didominasi berbahan kayu itu, didirikan oleh Kyai Mustolih sebagaimana tertuang jelas dalam sejumlah kita yang menjadi peninggalanya tersebut. Sayangnya, sejumlah kitab-kita tersebut raib beberapa tahun yang lalu. Acapkali kalender Hijriyah menunjuk 27 Rajab, maka di Masjid Saka Tunggal dilakukan pergantian Jaro dan resik-resik atau pembersihan makam Kyai Mustolih.

Masjid Saka tunggal berada sekamir 30 km dari kota Purwokerto. Penamaan Saka Tunggal lantaran tiang penyangga bangunan masjid dahulunya hanya berjumlah satu tiang (tunggal dalam bahasa Jawa) saja. Konon kabarnya, tiang penyangga berjumlah tunggal satu  satu, melambangkan Tuhan Allah Swt tiada duanya.

  1. Masjid Tua Wapauwe, Maluku
Masjid Tua Wapauwe, Maluku. sumber foto: tabloidwisata.com

Bagi anda yang sedang berada di Maluku, tak lengkap rasanya bila tidak mampir ke Masjid Tua Wapauwe. Tempat ibadah bagi kaum musli di Maluku ini, mulanya bernama Masjid Wawane. Alasanya dibangun dan teletak di lereng Wawane oleh seseorang berketurunan Kesultanan Islam Jailolo dari Maloko Kie Raha (Maluku Utara). Adalah pria bernama Pernada Jamilu.

Sekamir 1400 Masehi, Perdana Jamilu menginjakan kaki di tanah Hitu. Tujuannya, menyebarkan ajaran Islam pada lima negeri di sekitaran pegunungan Wawane. Yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala dan Nukuhaly. Perdana, ternyata melanjutkan dakwah penyebaran agama Islam setelah sebelumnya telah dilakukan oleh mubalig dari tanah Arab.

Masjid yang telah berdiri sejak 1414 Masehi ini  setidaknya menjadi bukti kejayaan Islam di Indonesia bagian Timur itu. Menjadi menarik, ketika Masjid Wapauwe memiliki peninggalan  bersejarah yang masih tersimpan apik. Yakni, berupa Mushaf Alquran  yang konon kabarnya tertua di Indonesia.

Sedangkan yang tertua bernama Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang rampung diselesaikan penulisannya di tahun 1550. Uniknya, tampa iluminasi alias hiasan pinggir. Selain itu, terdapat Mushaf Nur Cahaya yang rampung penulisannya pada 1590 yang ditulis pada kertas buatan eropa.

Peninggalan lainnya, Kitab Bazanzi atau syair puja pujian terhadap Rasulullah, Muhammad SAW. Bahkan pula terdapat kumpulan naskah khutbah. Seperti, naskah khutbah Jumat pertama Ramadhan 1661 M. Kemudian, Kalender Islam tahun 1407 M, dan sebuah falaqiah (peninggalan) serta manuskrip Islam yang telah berusia ratusan tahun silam.

  1. Masjid Ampel, Surabaya Jawa Timur
Masjid Ampel, Surabaya. Sumber foto:kontraktorkubahmasjid.com

Menjadi salah satu masjid tertua di Tanah Jawa, Masjid Ampel tentu memiliki sejarah tersendiri. Didirikan pada 1421 Masehi oleh Sunan Ampel. Dalam pembangunan, Sunan Ampel dibantu oleh sahabat karibnya. Yakni Mbah Soleh dan Mbah Sonhaji beserta para santrinya. Kerja bersama dalam membangun bangunan Masjid Ampel di atas lahan seluas 120×180 meter persegi di Desa Ampel.

Dalam perkembangannya, kini Masjid Ampel telah ditetapkan pemerintah  kota setempat setempat sebagai tempat wisata religi. Perlu diketahui, kawasan Ampel penduduknya didominasi etnis Arab.  Masjid bergaya arsitektur Jawa Kuno  dengan budaya lokal kala itu, Hindu dan Budha.

Kala itu, Masjid Ampel kerap menjadi tempat pertemuan para wali dan ulama dari berbagai daerah di tanah Jawa. Khususnya membahas perkembangan ajaran Islam  dan metode penyebarannya. Sunan Ampel merupakan satu dari sejumlah Wali yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.

4. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak. Sumber foto: traverse.id

Nama Raden Fatah menjadi pusat berdirinya Masjid Demak. Raja pertama Kesultanan Demak itu sekamir abad ke 15 Masehi itu bersama Wali Songo mendirikan Masjid Demak dengan memberi gambar terlebih dahulu serupa bulus. Tepatnya di tahun 1474 Masehi. Masjid Demak diyakini dahulu tepat berkumpulnya para Wali  Songo dan ulama lainnya di tanah Jawa selain Masjid Ampel.

Masjid yang terdiri dari bangunan induk dan serambi itu, memiliki empat tiang utama yang dinamakan saka guru. Uniknya, atapnya yang berbentuk limas ditopang dengan delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Di dalam area komplek masjid pun terdapat sejumlah makam para raja Kesultanan Demak. Termasuk Sultan Fattah. Tak kalah penting, di komplek majis terdapat mueum Masjid Demak yang berisi tentang sejarah riwayat masjid tersebut.

5. Masjid Sultan Suriansyah di Kalimantan Selatan

Masjid Sultan Suriansyah di Kalimantan Selatan. Sumber foto: gontornews.com

Kalimantan merupakan pulau besar yang dimiliki Indonesia. Selain hasil alamnya, pulau yang berada di bagian tengah Indonesia itu terdapat salah satu masjid tertua. Yakni, Masjid Sultan Suriansyah. Masjid yang berdomisili di bilangan tepi Sungai Kuin, Kota Madya Banjarmasin itu dibangun sekamir 1526 Masehi.

Pembangunanya pun diera pemerintahan Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama yang memeluk agama langit, Islam. Bangunan berukuran 26,1×22,6 meter itu memilik salah satu keunikan. Yakni atapnya berbentuk  rumpang empat dari bangunan masid dalam keadaan asli. Arsitektur bangunan masjid memang bergaya khas tradisional Banjar.

Yakni, atapnya tumpak tindik. Sementara atap mihrabnya  terpisah dengan bangunan utamanya. Masjid yang telah berdiri ratusan tahun itu belum dilakukan pemugaran. Menariknya, bagi masyarakat yang berpergian menggunakan alat trasnportasi lau melewati Sungai Kuin bakal melihat berdirinya Masjid Sultan Suriansyah yang masih kokoh.

[hdt/berbagai sumber]

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *