Oleh: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Prof Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta)
MANUSIA membutuhkan Tuhan Yang Maha Terpuji, yang dapat mengangkat derajatnya ke level terpuji. Yang tak terpuji tak patut untuk disembah. Yang tak dapat memberi anugerah, tak patut untuk dijadikan sandaran dalam berserah. Manusia memerlukan Tuhan yang terhimpun pada-Nya semua kemuliaan dan kesempurnaan.
Tujuh belas kali manusia diingatkan dalam al-Qur’an bahwa Allah adalah al-Hamid. Di antaranya di surah al-Hadid ayat 24 dan al-Mumtahanah ayat 6: Wa man yatawalla fa-innallaha huwal-ghaniyyul-hamid. Siapa berpaling (dari perintah Allah), maka sungguh Allah Mahakaya Maha Terpuji. Entah seorang insan mau taat atau tidak, mau memuji atau tidak, itu tidak mengubah keadaan: Dia tetaplah al-Hamid.
Dia Allah Maha Terpuji. Dia terbebas dari segala sifat tak sempurna, dari segala hal yang tercela. Kemuliaan, kesucian, dan kehormatan sempurna adalah milik Allah. Adanya manusia yang tak menyadari ketundukannya dan enggan taat kepada-Nya, membantu hamba menyadari keterpujian-Nya.
Allah bagi-Nya segala puja puji. Dialah satu-satunya yang pantas untuk disanjung. Dialah satu-satunya yang dipuji oleh semua yang bereksistensi. Dia dipuji dengan suara, gerak, atau sebatas dengan wujud. Hakikatnya pujian dari makhluk kepada sesamanya hanyalah pinjaman saja. Bagaimana mungkin seseorang memuji selain-Nya di hadapan-Nya, padahal semua karunia, kemuliaan, dan kesempurnaan bersumber dari-Nya.
Allah Maha Memuji. Dia memberi hamba-Nya dan mengangkat kedudukannya ke level terpuji. Seluruh kemuliaan yang ada pada makhluk adalah pemberian dari Allah. Dia memberikan kecerdasan dan ilmu, lalu memuliakan orang berilmu. Dia memberikan kekuatan dan amal, lalu meninggikan derajat orang beramal. Dia memberikan ampunan dan rahmat, lalu mengangkat derajat orang yang bertobat.
Insan yang menyadari posisinya sebagai hamba dari al-Hamid, akan menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji. Ia menjauhi ujub dan kesombongan, bersikap rendah hati, tahu diri, dan tak lupa diri. Ia mengingat Allah saat dipuji, saat tak dipuji, ataupun saat dicaci maki. Ia memuji Allah pada permulaan, pertengahan, maupun kesudahan setiap hal baik yang ia kerjakan.
“Ya Allah, berilah kami petunjuk ke jalan-Mu. Keluarkan kami dari kegelapan menuju sinaran cahaya-Mu. Tolonglah kami mensyukuri semesta karunia-Mu. Bantulah kami mengikuti uswah hasanah Rasul-Mu. Mantapkan kami untuk terus berbagi — saat lapang ataupun sempit, saat mudah ataupun sulit, saat sehat ataupun sakit. Sungguh Engkaulah al-Hamid.”
[RAN]