Suasana shalat tarawih di Masjid Darul Ulum, Sydney. Foto: Istimewa
Oleh: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen Universitas Prof Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta/Pemerhati Sosial Keagamaan)
[Lakemba, Sydney] — Ramadan adalah pula bulan al-Qur’an. Di bulan ini banyak orang memiliki semangat untuk mengaji dan mengkaji al-Qur’an. Tidak sedikit muslim yang bertekad mengkhatamkan bacaannya minimal sekali saat bulan puasa ini. Sebagian masjid juga memprogramkan bacaan satu juz atau lebih setiap malamnya dalam kesempatan tarawih.
Di Masjid Darul Ulum yang terletak di Lakemba, suburban yang padat warga muslim berlatar belakang Asia selatan, jamaah dapat menikmati khataman melalui tarawih. Malam ini (14/3/24) adalah tarawih malam keempat di sini. Masjid ini merujuk hasil rukyat Moonsighting Australia untuk penentuan awal Ramadan. Walaupun baru malam keempat, yang dibaca imam tarawih adalah juz 6, dari awal sampai akhir.
Hanya saja, jamaah harus siap dengan menyimak bacaan dalam tempo yang cepat. Bahkan cenderung sangat cepat. Sepertinya dibuat cepat untuk mengejar kuantitas ayat yang dibaca. Namun, untuk gerakan shalat cukup santai atau normal temponya. Untuk tiap dua rakaatnya, rata-rata memakan waktu 6 menit.
Tarawihnya sendiri dilaksanakan dalam 20 rakaat dengan salam setiap dua rakaat. Tidak ada salawat ataupun doa yang dibacakan di antara jeda shalat tarawih. Usai tarawih, imam memimpin doa. Agak panjang. Tapi sekali itu saja. Lepas witir tidak.
Witirnya sendiri dilaksanakan dalam tiga rakaat sekali salam, dengan tahiyat awal pada rakaat kedua. Surah yang dibaca sesudah al-Fatihah adalah an-Nashr, al-Lahab, dan al-Ikhlash. Di rakaat terakhir witir ada kesempatan membaca doa qunut ala mazhab Hanafi. Dilakukan sebelum rukuk, didahului takbir, tangan kembali bersedekap, dan doa dibaca masing-masing secara sirr.
Tarawihnya dimulai 9:20 malam. Witir selesai pada 10:35. Langsung setelahnya, imam terakhir menyampaikan kultum (sekira tujuh menit memang) yang membahas ringkas pesan-pesan pokok dalam surah yang ada di juz 6 — yang dikhatamkan malam ini. Saya sebut imam terakhir karena ada tiga imam yang bertugas. Yang pertama untuk 10 rakaat tarawih pertama, yang kedua 6 rakaat berikutnya, dan yang ketiga untuk 4 rakaat tarawih terakhir dan shalat witir. Semua imam itu tidak menjaharkan basmalah, dan sama-sama cepat dalam membaca al-Qur’an.
Malam ini kami pulang dari masjid jam 10:45. Butuh 6 menitan dari masjid untuk ke lokasi saya memarkir kendaraan. Ya memang agak jauh. Pasalnya, Lakemba dikenal sebagai kawasan yang tidak mudah cari tempat parkir karena kepadatan penduduknya dan keramaian aktivitasnya.
[AR]