Lailatul Qadar Primadona Ramadan

Oleh: Dr. H. A. Juraidi, MA (Dosen  UIN & PTIQ Jakarta, Ketua BP4 Pusat, dan Komisi Ukhuwah MUI Pusat)

PRIMADONA ramadan adalah lailatul-qadar, kehadirannya begitu dinanti-nanti dan dicari oleh umat Islam karena kemuliaannya bernilai lebih utama dari seribu bulan. 

Lailatul-Qadar  datang pada  bulan ramadan yaitu saat diturunkannya Al-Quran pertama kali dari Lauhul-Mahfuzh ke Bailtul-Izzah, tanggal pastinya tidak diketahui, dan hal itu merupakan rahasia Allah. Setelah menjelaskan tentang kewajban puasa, Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ ….. (١٨٥)

“Bulan ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) ….”. (QS. Al-Baqarah: 185).

Waktu diturunkannya Al-Qur’an tersebut dijelaskan dalam surat Al-Qadr yaitu pada Lailatul-Qadar,  sebagai berikut:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (٣) تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadr: 1-5).

Berdasarkan kedua ayat ini, di antara umat Islam ada  yang memahaminya  bahwa Lailatul-Qadar sebagai suatu malam kemuliaan yang hanya sekali diberikan oleh Allah SWT, yaitu pada malam ketika Al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan.  Sehingga ada sebagian umat Islam  yang memahami Lailatul-Qadar sebagai simbol belaka dan tidak mungkin ada satu malam yang benar-benar nilainya lebih baik daripada seribu bulan.  Ungkapan Lailatul-Qadar hanyalah sekedar sebagai bahasa isyarat untuk memberikan motivasi beribadah kepada umat Islam semata, dan tidak lebih dari itu.  Namun, apapun pendapat mereka yang berbeda  tentang pemaknaan Lailatul-Qadar, sesungguhnya kita dapat meyakini Lailatul-Qadar sebagai malam yang memang agung dan lebih baik daripada seribu bulan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Qadar di atas.

Keyakinan tersebut juga dipupuk dengan praktek amaliah Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat beliau  yang senantiasa menantikan Lailatul-Qadar tersebut setiap akhir Ramadlan.  Untuk itu Nabi SAW. secara terus menerus menganjurkan dan secara langsung mempraktekkannya di hadapan  para sahabatnya untuk memperbanyak dzikir, tasbih, tahmid, tahlil, membaca Al-Qur’an, bersedekah, beriktikaf dimasjid dan amaliah positif lainnya.  Itu semua dilakukan dalam rangka menyambut dan mendapatkan keutamaan Lailatul-Qadar yang dijanjikan tersebut.  Kalau Lailatul-Qadar hanya terjadi sekali saja pada saat diturunkannya Al-Qur’an, tentu Nabi Muhammad SAW tidak akan  menganjurkan untuk mencarinya.   Oeh karena itu kita meyakini Lailatul-Qadar merupakan primadona Ramadhan. Karena satu malam itu lebih utama dari 1000 bulan. 

Lailatul-Qadar juga bisa dipahami sebagai bentuk Keadilan Allah SWT yang diberikan kepada umat Muhammad SAW yang rata-rata hanya dapat bertahan hidup sekitar 60 (enam puluh) sampai 70 (tujuh puluh) tahun, dan hanya beberapa saja yang menyentuh angka seratus,   sehingga mereka tidak akan dapat mengimbangi kebaikan umat terdahulu yang dapat mengumpulkan pahala cukup banyak
tersebut karena mereka dikaruniai umur yang panjang.  Nabi SAW bersabda:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: umur ummatku hanya antara 60 sampai 70 tahun saja, sedikit dari mereka yang melebihi itu”.

Sejarah menunjukkan, 4 (empat) khalifah  Rasulullah yang dikenal sebagai khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, ‘Usman bin Affan, dan ‘Ali bin Abi Thalib, yang merupakan representasi umat saat itu, wafat dalam usia di bawah 70 tahun, hanya seorang yaitu Khalifah Usman bin Affan yang wafat  di atas 70 tahun. Hal ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah SAW tersebut. Sedikit yang bisa melebihi 70 tahun. 

Berbeda dengan umat-umat terdahulu yang dikaruniai umat panjang. Nabi Nuh misalnya dapat bertahan sampai 950 tahun, sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (١٤)

“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Ankabut: 14).

 Umur Nabi mencerminkan umur umatnya. Umur Nabi Nuh dan Nabi-Nabi lain yang umur  mereka mencapai ratusan tahun, sehingga mereka dapat beribadah kepada Allah dalam waktu yang  panjang dan  mendapatkan pahala yang sangat banyak. 

Karena  untuk kepentingan itulah, maka meskipun  umat Nabi Muhammad  SAW hanya diberikan umur yang  pendek, tetapi tetap dapat mendapatkan pahala yang cukup banyak, dan bahkan dapat melebihi yang dikumpulkan oleh umat terdahulu yang dapat bertahan hidup dalam masa ratusan tahun. Dengan demikian Ramadhan yang salah satu malamnya ada Lailatul-Qadar dapat dikatakan sebagai “Kado Terindah”  untuk umat Nabi Muhammad SAW sekaligus bukti keadilan Allah SWT terhadap makhlukNya.

Ada beberapa pengertian Lailatul-Qadar, semuanya bermakna postif, yaitu:

1. Lailatul-Qadar bermakna malam kemuliaan, karena ibadah yang dilakukan di malam itu bernilai lebih utama dari 1000 bulan.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

2. Lailatul-Qadar bermakna malam yang sempit karena banyaknya malaikat yang turun ke  bumi ikut mendo’akan orang-orang yang mencari dan beribadah di malam itu.

تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (٥)

“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS.Al-Qadr: 4-5).

3. Lailatul-Qadar  bermakna malam ditetapkannya segala urusan, yaitu segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya. Hal ini dijelaskan dalam surat Ad-Dukhan ayat 1-4:

حم (١) وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ (٢)إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (٣) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (٤)

“Haa miim.  Demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.  Pada malam itu ditetapkan segala urusan yang penuh hikmah”.

Cara mendapatkan  Lailatul-Qadar yang paling efektif adalah dengan beribadah  sepenuh bulan ramadan, tidak hanya 10 terakhir, dan tidak juga hari-hari ganjil saja. Maka yakinlah kita akan mendapatkan primadona ramadan alias Lailatul-Qadar tersebut.  Kita berharap ramadan tahun ini memberikan pengaruh positif terhadap perjalanan spritualitas kita, dan menjadikan nilai umur kita bertambah seribu bulan atau lebih dari 83 tahun. Semoga. [RAN]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *