Ramadan Bersama Asmaul Husna (18)

 Foto: seeklogo.com

AL-QUDDUS

Dr. Izza Rahman, M.A. (Dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/Uhamka Jakarta) 

Huwallahul-ladzi la ilaha illa huwal-malikul-quddus. Dialah Allah Yang tiada ilah selain Dia, Sang Raja, Yang Mahasuci.

Dari waktu ke waktu, manusia ingin bisa lebih baik, lebih mulia, lebih sempurna, dan lebih suci. Manusia membutuhkan Tuhan yang menghimpun semua sifat kesempurnaan, yang dapat membantunya menyadari ketidaksempurnaannya sekaligus membantunya punya semangat memperbaiki diri dan keadaannya.

Allah Yang Mahamulia, bersih dari segala hal yang tidak pantas untuk-Nya. Dia terbebas dari segala sifat kurang. Dia jauh dari segala keburukan, kekurangan, ataupun aib. Hal (buruk) yang tidak pantas untuk makhluk jelaslah tidak pantas pula untuk Sang Khalik. Dia bahkan terbebas dari segala sifat lebih yang dapat manusia sandang atau raih. Dia jauh mengungguli seluruh kebaikan, kelebihan, ataupun kemuliaan makhluk. Hal (baik) yang pas untuk makhluk tidak pula pas untuk Sang Khalik.  

BACA:

Ramadan Bersama Asmaul Husna (17)

Ramadan Bersama Asmaul Husna (16)

Ramadan Bersama Asmaul Husna (15)

Allah Yang Mahasempurna, terlepas dari segala keterbatasan dan keserupaan-dengan makhluk. Kesempurnaan yang mungkin diatributkan pada suatu makhluk tetaplah tidak sama dengan kesempurnaan-Nya. Dia Mahasempurna dalam segala hal, dan kesempurnaan-Nya dalam setiap hal tetaplah tidak tertandingi oleh sehebat-hebat makhluk. Tak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Tak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Yang Mahasempurna tentulah pula Yang Maha Esa.

Allah Yang Mahasuci, melampaui segala gambaran yang dapat dipersepsi atau dinarasikan oleh manusia. Dia suci dari segala sifat yang tercerna oleh indera, terbayangkan oleh pikiran, ataupun terbersit dalam perasaan. Pikiran dan kata-kata adalah anugerah-Nya untuk menjadi sarana mengenal-Nya. Namun, tetaplah mustahil bagi manusia untuk mencapai definisi atau gambaran yang lengkap, utuh, dan sempurna tentang-Nya. Dia menjangkau segala pikiran, namun tak dapat dijangkau oleh semua pikiran. Tanpa sinaran firman-Nya, pikiran manusia sejatinya tetap dalam gelap gulita.

Hamba al-Quddus tumbuh menjadi pribadi yang tidak sombong dan tidak minder, rendah hati dan percaya diri. Ia tidak sok mulia, sok suci, atau sok sempurna. Ia tidak merendahkan orang lain, dan tidak pula mencari-cari kesalahan orang lain. Ia memperhatikan keadaan hatinya dan rajin membersihkan jiwa.

[RAN]

One thought on “Ramadan Bersama Asmaul Husna (18)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *