Ramadan Bersama Asmaul Husna (15)

AS-SAMI’

Oleh: Dr. Izza Rahman, M.A. (Dosen di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka/UHAMKA Jakarta) 

Laysa kamitslihi syay’, wahuwas-sami’ul-bashir. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia Yang Maha Mendengar Maha Melihat.

Manusia ingin didengar jeritan hatinya, keluh kesahnya, permintaannya, harapannya, dan juga ungkapan terima kasihnya. Manusia sangat membutuhkan Tuhan Yang Maha Mendengar, yang mendengar doa tanpa merasa jemu atau bosan; yang mendengar semua doa bahkan bila hamba hanya bersuara dengan hatinya, pandangannya, tulisannya, ataupun langkahnya; yang mendengar apa saja sekalipun dalam bahasa yang berbeda, sekalipun dalam ungkapan yang terbata-bata. 

Allah adalah Sang Maha Mendengar. Dia mendengar tanpa bergantung sarana, dan Dia mendengar dengan sempurna. Allah dapat membedakan semua suara dengan baik. Tidak ada yang rancu, dan tidak ada yang samar bagi-Nya. Tidak ada pula yang luput dari pendengaran Allah, dan tidak ada pula yang kurang terdengar oleh-Nya saat ada banyak yang terdengar bersamaan. Daya pendengaran selain-Nya sangat terbatas dan bergantung pada sarana yang Dia berikan. Hanya Yang Maha Mendengar — dan bukan yang tidak mendengar atau terbatas dalam mendengar — yang semestinya disembah.

Allah Maha Mendengar semua hal. Dia mendengar seluruh suara, bagaimana pun bunyinya, entah bisikan ataupun dentuman, baik yang didengar ataupun tak didengar oleh makhluk-Nya. Dia mendengar seluruh kata, apa pun bahasanya, baik yang diucapkan ataupun tak diucapkan oleh makhluk-Nya. Dia mendengar seluruh kebutuhan, baik yang disampaikan ataupun yang tak disampaikan, baik yang diiringi rintih kesedihan ataupun rasa takut dan harapan. Dia mendengar seluruh pujian, baik yang dinyatakan ataupun yang tak dinyatakan. Dia mendengar semua yang ada di langit dan bumi, termasuk apa yang tak didengar oleh satu pun makhluk-Nya. Hamba yang menyadari akan menjaga tutur lisan maupun hati dan menggunakan pendengaran hanya untuk hal yang diridai.

Allah Maha Mendengar dan Menanggapi permohonan hamba-Nya. Allah tidak dibingungkan oleh banyaknya masalah yang seorang hamba sampaikan, dan tidak pula direpotkan oleh banyaknya permintaan yang semua hamba ajukan (walaupun disampaikan secara serentak dengan bahasa yang berbeda-beda). Dia mendengar dan menanggapi segala doa atau permohonan. Hamba tak sepatutnya meragukan pendengaran-Nya sehingga tidaklah perlu ia keras berteriak, tidak pula sepatutnya meragukan tanggapan-Nya sehingga tidaklah perlu ia menahan diri untuk mengungkapkan harapan. Permohonan hamba boleh jadi perlu diulang untuk menguji atau memantapkan asa di hati, tapi bukan untuk menyangka bahwa Dia tidak mendengar ataupun mengerti. Yang Maha Mendengar jugalah Maha Mengetahui.

Hamba as-Sami’ tumbuh menjadi pribadi yang senang mendengar, memberi perhatian kepada sesama, dan berhati-hati dalam berbicara. Ia tidak mau melukai perasaan orang lain, atau membincangkan keburukan orang, atau berbicara tanpa dasar ilmu. Orang lain merasa nyaman berbicara dengannya, dan sangat memperhatikan kata-katanya.

[RAN]

One thought on “Ramadan Bersama Asmaul Husna (15)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *