120 Tahun Mohammad Hatta, Kejujuran dan Kesederhanaan Teladan Ummat

[JAKARTA, MASJIDUNA]– Hari ini 12 Agustus merupakan peringatan hari lahir proklamator kemerdekaan Indonesia, Mohammad Hatta ke-120. Wakil Presiden pertama ini lahir pada 12 Agustus 1902 di di Bukittinggi, Sumatera barat.

Sebagai proklamator bersama Soekarno, sosok Hatta memiliki beragam keistimewaan yang layak diteladani ummat Islam dan bangsa Indonesia saat ini.

Sifat menonjol yang sering jadi pembicaraan dari Hatta adalah sikapnya yang sederhana, jujur dalam bertindak namun kuat dalam memegang prinsip. Banyak kisah diceritakan tentang pribadinya sejak muda hingga akhir hayatnya. Kisah itu terus ditulis dan dikisahkan, namun keharuan dan teladannya tak pernah luntur.

Baca Juga:Sepenggal Cerita Ayat Kursi Pengusir Setan dari Mohammad Hatta

Salah satu kisah kecil yang membuat banyak orang terharu, yakni saat dia berkeinginan membeli sepatu Bally. Namun sayang, uangnya tak cukup.

Karena itu, Hatta harus menabung untuk bisa membeli sepatu impiannya itu.

Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau membantu kerabat dan kawan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan.

Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally buatan luar negeri itu tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi. Tak lama setelah wafat, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, yang dulu disimpannya.

Kisah lain, saat istrinya, Rahmi, ingin membeli mesin jahit Mohammad Hatta jadi wapres pada tahun 1950. Sang istri pun berhemat dan menabung. Namun, setelah uang terkumpul dan hampir mencukupi untuk membeli mesin jahit, tiba-tiba datang pengumuman bahwa Pemerintah RI menerbitkan kebijakan sanering atau pemotongan nilai uang. Nilau uang diturunkan hingga tinggal 10 persennya. Maka, Rp1.000 menjadi Rp100 dan seterusnya. Tujuannya untuk mengatasi kondisi ekonomi yang memburuk waktu itu.

Baca Juga: Kisah Pejabat Sederhana: Dari Umar Sampai Hatta

Kepada suaminya, Rahmi pun berkeluh kesah. ”Pak, Bapak kan Wakil Presiden. Bapak pasti tahu bahwa pemerintah akan mengadakan sanering. Mengapa Bapak tidak memberi tahu kepada ibu?”

Hatta pun menjawab, ”Bu, itu rahasia negara. Kalau Bapak beritahu pada ibu, berarti itu bukan rahasia lagi,” katanya.

Salah satu karakter dan kebiasaan lain yang tak pernah ditinggalkan adalah salat tepat waktu. Hal itu pernah diceritakan oleh anak-anaknya dalam buku “Seri Dimata: Pribadi Manusia Hatta” (Yayasan Hatta, 2002).

Putri Bung Hatta, Gemala Rabi’ah Chalil Hatta menceritakan, “Jam 4.30 pagi, ayah bangun. Setelah itu beliau sembahyang, kemudian berolahraga ringan selama satu jam, sesudah itu mandi 15 menit lalu berpakaian,” tulisnya.

(IMF/dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *