[JAKARTA, MASJIDUNA]—Umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas, tapi dari sisi kualitas merupakan minoritas. Hal itu bisa dilihat dari peran ekonomi umat Islam di tanah air yang belum memberikan kontribusi. Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat berbicara dalam Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VII di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, Kamis (27/02/2020). “Umat Islam tidak akan kuat secara politik dan budaya maupun peran strategis lainnya jika lemah secara ekonomi,” kata Haedar sambi mengutip pernyataan mantan wakil presiden Jusuf Kalla yang menyebut bahwa dari 100 orang kaya hanya sekitar 10 orang Islam. Sementara dari 100 orang miskin, 90 orang Islam.
Karena itu, penting meningkatkan potensi kekuatan ekonomi umat Islam agar memiliki peran penting. Seperti halnya pepatah Arab yang mengatakan “faaqid asy-syaiy la yu’thi” (pihak yang tidak memiliki sesuatu tidak mungkin memberi sesuatu).
Umat Islam yang sejatinya memiliki kekuatan tangan di atas (yad al-ulya) dan bukan tangan di bawah (yad al-sufla).
Maka, gembar-gembor Islam rahmatan lil alamin pun tidak mungkin diekspor ke mancanegara jika di Indonesia sendiri masih dhuafa secara ekonomi, mentalitas, ilmu pengetahuan dan teknologi. “Di negeri sendiri boleh jadi belum menjelma menjadi fa’il dan lebih banyak menjadi maf’ul bih,” ujar Haedar.
(IMF/foto:istimewa)