Pelancong Domery Alpacino saat berkunjung ke Masjid Hazrat Sultan (Sumber: Youtube Domeri Alpacino)
[JAKARTA, MASJIDUNA]– Bertandang ke Khazaktan, bekas wilayah Uni Sovyet yang berada di bawah cengkeraman komunis, tidak lengkap bila tidak mengunjungi masjid Hazrat Sultan. Masjid besar yang terletak di ibu kota Astana itu, bukan saja menawarkan pemandangan ornamentik perpaduan tradisi Islam dan masyarakat Khazakstan, tapi juga peradaban besar di baliknya.
Baca Juga: Mengenal Hypostyle, Arsitektur Masjid yang Disebut Peninggalan Peradaban Islam
Seorang pelancong Domery Alpacino, belum lama ini sempat bertandang ke masjid tersebut menceritakan bagaimana megahnya bangunan tersebut. “Secara keseluruha masjid ini dominan putih, bertingkat-tingkat. Kubah dan menara tinggi 51 meter. Kemudian ada delapan kubah lebih kecil mengelilingi searah mata angin,” kata jurnalis senior ini.
Domery menceritakan bahwa masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas ulama sufi Khazakstan abad ke-12, Khoza Ahmed Yasafi penulis Divan e Hikmat. Maka tidak mengheranka bila Presiden Khazakstan saat itu, Nursultan Nazarbayev, segera membangun masjid ini sebagai simbol peradaban san penghormatan. Masjid dibangun dalam kurun 2009-2012. Luas bangunan secara keseluruhan mencapai 11 hektar dan dapat menampung jamaah hingga 10 ribu orang.
Baca Juga: Bagaimana Hukumnya Shalat Jumat di Tangga Masjid?
Kemegahan dan keindahan bangunan ini seperti terpantul dari namanya, Hazrat Sultan yang artinya “Sultan yang besar dan suci”. Masjid yang terletak di tepi sungai Yesil ini, juga memberikan sumbangan terhadap peradaban Islam masa kini, kesucian dan keindahan.
One thought on “Bertandang ke Masjid Hazrat Sultan di Khazakstan, Penghormatan Sang Sufi Besar”