Melelahkan, Aku Ingin Rehat

Oleh: Noryamin Aini (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta)

[JAKARTA, MASJIDUNA] – Siapa yang pernah berkata “Saya puas makan (umpama) durian, karena jumlahnya berlimpah?” Tetapi, nyatanya, pada waktu lain, dia justru masih mencari durian.

Fakta ini menjadi isyarat bahwa nafsu “menikmati pesona dunia” tidak pernah mengenal titik kepuasan. Jasad dan jiwa kita akhirnya lelah tidak berujung untuk ia terus harus mengabdi (memuaskan) gejolak dorongan nafsu yang hewani.

Dalam kaitan ini, Rasulullah saw dalam sebuah hadits sahih mengingatkan sebagai berikut.

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ

Artinya: Sungguh celaka (lelah) menjadi pengabdi dinar (uang emas), pemuja dirham (uang perak), pengagum qathīfah (pakaian kebesaran), serta hamba khamīshah (baju mewah). Dia akan selalu resah-gelisah. Jika mendapatkan, dia akan ridho (legowo). Namun, jika tidak mendapatkannya, jiwanya resah; dia akan protes dan menyalahkan banyak pihak. [HR. Bukhari]

Kalau mau rehat dari deraan siksa psikologi keresahan, maka, bebaskanlah jiwa dan qalbu kita dari rongrongan nafsu duniawi.

Kita boleh, bahkan perlu meraup aset dunia. Tetapi, jangan pernah kita memasukkan gairah memburu pesona dunia (budak materi) ke teras singgasana qalbu.

[RAN/Foto Internet]

2 thoughts on “Melelahkan, Aku Ingin Rehat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *