Mendiknas Era Gus Dur sekaligus Tokoh Muhammadiyah Meninggal Dunia

[JAKARTA, MASJIDUNA]- Menteri Pendidikan Nasional di era Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001)Profesor Yahya Muhaimin meninggal dunia, Rabu 9 Februari 2022 pukul 10.10 Wib di RS Geriatri Purwokerto, Jawa Tengah.

Sebelum diangkat sebagai menteri, Yahya Muhaimin adalah guru besar dan Dekan di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dia juga aktif di Majelis Dikti PP Muhammadiyah, Anggota PP Muhammadiyah periode 2000-2005, dan Atase Dikbud di Washington DC Amerika Serikat.

Semasa muda aktif dan menjadi tokoh di Ikatan Pelajar Muhamamdiyah.

“Beliau adalah guru dan tokoh kami yang rendah hati, bergaul dan ramah menyapa kepada kader muda Muhammadiyah. Beliau sosok intelektual teladan yang menunjukkan kata sejalan tindakan. Meski kritis tetap rendah hati dan tidak tampak aura arogansi dengan kemuannya yang mumpuni,” tutur Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Baca Juga: Mudik, Antara Bingung dan Ormas Islam Memandu Umat

Menurut Haedar, ketika buku dari disertasinya mengusik orang di sekitar istana yang berusaha menggugatnya, beliau menempuh jalan yang dianggapnya baik tanpa konfrontasi. Tetapi karya puncak intelektualnya tetap menjadi rujukan penting para pengkaji ekonomi politik Indonesia, yang membalik teori Marxisme.

“Ketika saya studi S2 dan S3 di UGM, beliau banyak memberikan perhatian dan dukungan, disertai pesan-pesan kearifannya yang elegan dan tanpa terkesan menggurui. Beliau beberapa kali pesan dengan mengutip pernyataan Pak AR Fakhruddin, “Mengurus Muhammadiyah ojo kenceng-kenceng”. Maksudnya, mengelola urusan Muhammadiyah jangan bertegangan-tinggi, moderat saja,” imbuh Haedar.

Kepribadian beliau memang moderat dan santun tanpa dibuat-buat, menunjukkan sikap aseli pada umumnya kader dan tokoh Muhammadiyah yang menghayati Kepribadian Muhammadiyah.

Baca Juga: Muhammadiyah Tak Ikuti Jejak NU Bangun Kantor di Ibu Kota Negara Baru

“Selamat jalan Pak Yahya Muhaimin, jejakmu adalah suluh kecendekiawanan yang autentik bagi kami. Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dan ditempatkan di jannatun na’im,” tutup Haedar.

(IMF/sumber: muhammadiyah/mendikbudristek)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *