Kontribusi Pers Islam Bagi Kemajuan Bangsa

Pers Islam seperti Al Imam, Al Munir, Al Manar, kala  itu menggunakan bahasa Arab-Melayu dengan sejumlah tokoh pelopornya. Melalui media yang terbit di pulau Jawa telah beredar menembus batas-batas teritorial wilayah koloni Inggris dan Belanda di tanah Melayu Malaysia, Singapura dan Kepulauan Nusantara sebagai daerah jajahan Hindia Belanda sejak permulaan abad 20.

[JAKARTA, MASJIDUNA] — Peringatan Hari Pers nasional (HPN) 2021  menjadi momentum dalam mengingat  perjuangan insan pers Islam serta para tokoh penggeraknya pra kemerdekaan. Peran serta kontribusi pers Islam dalam perjuangan bangsa amatlah besar. Demikian disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, M. Fuad Nasar  melalui keterangan tertulisnya, Rabu (10/2).

“Tokoh-tokoh besar yang pemikiran dan perjuangannya telah mengubah nasib bangsa, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, Mohammad Natsir, Hamka, dan lainnya adalah orang-orang hebat dalam menulis di media massa,” ujarnya.

Pers Islam seperti Al Imam, Al Munir, Al Manar, kala  itu menggunakan bahasa Arab-Melayu dengan sejumlah tokoh pelopornya. Antara lain Syeikh Taher Djalaluddin, Syeikh Abdul Karim Amrullah, dan kawan-kawan dari Minangkabau, maupun media yang terbit di pulau Jawa telah beredar menembus batas-batas teritorial wilayah koloni Inggris dan Belanda di tanah Melayu Malaysia, Singapura dan Kepulauan Nusantara sebagai daerah jajahan Hindia Belanda sejak permulaan abad 20.

“Gagasan pembaharuan alam pikiran muslim dan perjuangan antipenjajahan tersebar dan tertanam di hati anak bangsa, melalui dua pilar yaitu pendidikan dan pers atau media massa,” ujarnya.

Dia menilai, para ulama dan pejuang kemerdekaan di masa lalu turut berperan di ruang publik. Menurutnya selain melalui pergerakan organisasi, pula lewat media massa. Seperti surat kabar dan majalah. Tak sedikit di antara para tokoh tersebut terkena delik pers. Pasalnya menulis berita dan artikel yang menyuarakan cita-cita kemerdekaan bangsa melalui bahasa agama.

Dia berpendapat,  pers Islam memberi sumbangan yang amat penting. Yakni,  nilai-nilai etika terhadap jati diri pers nasional yang tetap relevan hingga di era digital. Yakni, keberpihakan pers dan jurnalis kepada kebenaran dan keadilan, menghindari berita bohong ( hoax ), tabayyun sebelum menebar informasi apalagi isu sensitif yang bisa memicu kegaduhan, tidak mencampuradukkan antara yang haq dan yang bathil, dan sebagainya.

“Norma dan etika semacam itu merupakan rujukan penting dalam membangun dunia informasi yang sehat untuk kemajuan bangsa dan menjaga masyarakat dari polusi informasi dalam era post truth saat ini,” pungkasnya.

[KHA/BimasIslam/Foto: Hidayatullah.com]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *