Ibnu Sina, Tentang Kepanikan dan Pengobatan

[JAKARTA, MASJIDUNA]—Saat wabah corona menerjang seperti saat ini, banyak negara melakukan lockdown atau karantina wilayah. Karantina dianggap cara yang tepat dalam memutus penyebaran virus mematikan ini.

Tapi siapa yang pertama mengenalkan konsep karantina sebagai upaya memutus penyebaran penyakit? Dialah Ibnu Sina, ilmuwan kelahiran Afsaynah (Uzbekistan) yang hidup pada abad pertengahan (980-1037). Nama Ibnu Sina di dunia kedokteran sudah sangat terkenal karena karya-karyanya yang tetap digunakan dan menjadi rujukan sampai sekarang.

Dua kitabnya yang terkenal tentang pengobatan yaitu “Qanun fi Thib” (Aturan Pengobatan) dan “Asy-Syifa” (terdiri dari 18 jilid tentang berbagai macam ilmu pengetahuan).

Di dunia barat, lelaki yang bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā itu lebih dikenal dengan nama Avisena.

Kepandaiannya dalam ilmu agama, filsafat, logika dan matematika sudah terlihat sejak masa kanak-kanak. Pada usia 10 tahun dia sudah hafal Al-quran. Dia belajar aritmetika India pada pedagang sayur India Mahmoud Masahi.

Dia menekuni ilmu pengobatan pada usia 16 tahun dan pada usia 18 tahun sudah menjadi seorang tabib (ahli pengobatan). Termasuk menyembuhkan raja pada masa itu.

Resepnya tentang pengobatan sudah sangat terkenal, bahkan sudah disebarkan melalui media sosial, yaitu “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, kesabaran adalah awal dari kesembuhan.”

Sampai saat ini, tips pengobatan tersebut masih diyakini keampuhannya. Selama wabah, banyak anjuran agar jangan panik, tapi tetap tenang agar memperkuat imunitas tubuh. Bahkan, kesaksian dari mereka yang berhasil sembuh adalah tetap berhati gembira alias tenang.

(IMF/foto: indozone.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *