[SEMARANG, MASJIDUNA] — Jelang hajatan besar Muktamar Muhammadiyah ke 48, berbagai kegiatan digelar. Antara lain seminar beertajuk ‘Realita Pondok Pesantren Muhammadiyah’ di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (14/3). Menariknya, mengulas pula soal perbedaan pondok pesantren milik Muhammadiyah dengan pribadi.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir mengatakan bahwa pondok pesantren di bawah naungan PWM Jawa Tengah adalah paling banyak di Indonesia. Baginya, terdapat sejumlah perbedaan mendasar pondok pesantren milik Muhammadiyah dan milik pribadi.
Antara lain, pondok pesantren milik Muhammadiyah bersifat terpusat dasar ilmu dan pembelajarannya bersumber dari kurikulum yang disusun langsung Muhammadiyah secara organisasi. Sementara pondok pesantren milik pribadi, banyak pengasuh pondok yang mengasuh pondoknya sesuai permintaan pemiliknya.
Bahkan terkadang, kitab-kitab yang dipelajari berbeda dengan pondok pesantren lainnya. Tafsir berharap pondok pesantren milik Muhammadiyah di Jawa Tengah semakin berkemajuan. Misalnya soal kebersihan pondok, lingkungan yang bersih dan aman, kualitas para pengasuhnya dan lain sebagainya.
“Jangan sampai ada pondok pesantren yang santri-santrinya gudikan hanya karena lingkungan yang kurang bersih dan kebiasaan santri yang juga tidak bersih,” ujarnya
Tafsir juga menaruh harapan besar pada lulusan pondok pesantren Muhammadiyah agar setelah lulus minimal memiliki kemampuan pehamanan agama yang mumpuni. Kemudian dapat berdakwah pada grass root Muhammadiyah. Maklum,kata Tafsir, pondok pesantren di bawah naungan Pengurus Wilayah Muhammadiyah di Jawa Tengah, terbanyak di Indonesia.
[AHR/Muhammadiyah]