[JAKARTA, MASJIDUNA]—Perjuangan hak-hak sipil kulit hitam di Amerika Serikat tak bisa lepas dari Malcom X, seperti juga Marthin Luther King Jr. Malcom X, yang lahir di Nebraska pada 19 Mei 1925 bernama lengkap Malcom Little. Ayahnya Earl Little seorang pendeta Baptis yang juga menentang supremasi kulit putih. Earl Little tewas dibunuh organisasi supremasi kulit putih Klux Klux Klan pada 1929.
Malcom dan keluarganya pindah ke Boston pada 1946 dan terlibat banyak aksi kriminal. Pada usia muda 21 tahun, Malcolm dipenjara karena aksi pencurian. Namun di penjara itulah dia mulai berkenalan dengan organisasi Nation of Islam (NOI) di bawah pimpinan Elijah Muhammad. Usai memeluk Islam, Malcom mengganti nama belakangnya menjadi Malcolm X, yang bermakna pembebasan. Sementara nama “little” dianggap berbau perbudakan.
Di organisasi inilah Malcolm mendapatkan banyak pencerahan tentang hak-hak sipil, hak ekonomi dan pemberdayaan kulit hitam. Namanya segera melambung karena pidato-pidatonya yang menarik. Di bawah kepemimpinannya, NOI yang semula beranggotan 500 orang saja (1952) membengkak menjadi 3000 orang pada tahun 1963.
Pemerintah AS mulia gerah dengan aksi-aksi Malcolm dan NOI. Dinas intelejen (FBI) mengirim mata-mata, termasuk menyusup menjadi bodyguard Malcolm X. Namun di organisasi ini pula dia mendapatkan banyak penentangan.
Pada 1964 dia keluar dari NOI dan berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan berganti nama menjadi El-Hajj Malik Shabazz kemudian mendirikan Organisasi Persatuan Afro-Amerika untuk menentang rasisme. Gerakan itu kemudian terus berkembang dan mendapat banyak pengikut.
Pada 21 Pebruari 1965 sesaat menjelang pidato di Manhattan’s Audubon Ballroom, Malcom diberondong 15 tembakan. Terdengar suara seseorang, “Hei Negro, enyahlah dari kehidupanku..”. Malcom terkapar meninggal di Columbia Presbyterian Hospital. Jasadnya dikuburkan di Ferncliff Cemetery, Harstdale, New York pada 27 Pebruari 1965.
Tiga pembunuh Malcom, Talmadge Hayer, Thomas Johnson dan Norman Burtler dinyatakan bersalah dengan dakwaan tingkat pertama pada 1966.
Warisan Malcom yang masih dikenang sampai sekarang adalah kegigihannya dalam memperjuangkan persamaan hak antara kulit hitam dan kulit putih di Amerika. Dia banyak mendokumentasikan gagassannya dalam bentuk film, tulisan dan pidato. Pada 1992 sutradara kulit hitam Spike Lee mengangkat kisah hidupnya ke layar lebar yang dibintangi aktor Denzel Washington. Film ini masuk “Best actor” dan “Best Costume Design”.
(IMF/foto: MNSBC)