[MEDAN, MASJIDUNA] — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, meminta semua Amal Usaha maupun kader Persyarikatan dapat menebarkan terus tradisi iqra. Terlebih, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan telah memulai dengan mendirikan Taman Pustaka hingga pendirian Suara Muhammadiyah pada 1915 silam.
“Sebagai bagian dari gerakan Muhammadiyah,” ungkap Haedar dalam acara Bedah Buku Kuliah Kemuhammadiyahan dan Peresmian Muhammadiyah Corner di Univeistas Muhamamdiyah Sumatera Utara (UMSU), Jumat (27/9).
Sebagaimana diketahui, Buku Kuliah Kemuhammadiyahan merupakan karya Haedar Nashir. Buku ini dibagi menjadi Kuliah Kemuhammadiyahan Jilid I dan Jilid II. Direktur Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari, mengatakan buku Kuliah Kemuhammadiyahan membahas Muhammadiyah secara utuh.
“Kita tahu bahwa Ketua Umum PP Haedar Nashir adalah seorang penulis aktif,” ujarnya.
Menurutnya, Haedar kerap melakukan kajian-kajian tentang Kemuhammadiyahan. Apalagi banyak tulisannya melalui banyak artikel. Namun, kata Deni, bila ingin mengetahui tentang Kemuhammadiyahan secara utuh, maka dapat membaca melalui buku karyanya dalam dua jilid itu.
Bagi Deni, buku Kuliah Kemuhammadiyahan merupakan mangnum opus dari karya dan pemikiran dari Haedar Nashir. Menariknya, sejak buku tersebut diluncurkan ke publik, permintaan diskusi seputar buku kuliah Kemuhammadiyahan kian meningkat.
“Dan tentu terus kita harapkan di berbagai kampus melakukan kajian yang sama seperti di UMSU,” katanya.
Di ujung acara, Haedar mengapresiasi UMSU yang peduli mengembangkan tradisi iqra. Tak hanya membangun fisik tetapi, namun pusat iqra dan kajian keilmuan sebagai pusat peradaban Islam. Menurutnya di era digitalisasi bentuk kantor maupun perpustakaan tak melulu besar secara fisik.
Tetapi dapat lebih padat isinya. Sebab dilakukan pengembangan perpustakaan digital. “InsyaAllah ini akan menjadi gerakan kita dan semua harus menularkan kepada lingkungan kita di keluarga agar cinta ilmu, cinta buku, dan cinta perpustakaan,” pungkasnya.
[KZL/Muhammadiyah]