[JAKARTA, MASJIDUNA]—Di kalangan kaum Nahdliyin dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), nama KH Bisri Syansuri tidak asing lagi. Dialah Rois Amm PBNU pada 1979 yang dikenal ahli fiqih.
Ketika pembukaan Muktamar PBNU di Semarang, Juni 1979, Kyai Bisri duduk di barisan depan bersama Wakil Presiden Adam Malik (almarhum) dan Ketua Umum PPP H.J.Naro. Usai acara, semua hadirin yang berada di barisan belakang lansung mendatanginya sambil mencium tangan. Bagi warga Nahdliyin, lelaki kelahiran Tayu, Jawa Tengah, 18 September 1986 itu, adalah ulama kharismatik, generasi emas kaum sarungan yang masuk ke kancah pesantren dan politik.
Bagi PPP, dialah salah seorang inisator dan permbuat draft Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang baru saja direvisi oleh DPR dan pemerintah.
Perjalanan Kyai Bisri adalah perjalanan anak pesantren berikut lika-likunya. Pada usai 7 tahun Bisri kecil sudah belajar quran kepada Kyai Saleh di desa kelahirannya. Tradisi ngaji ini sudah berjalan ratusan di Nusantara. Sebagai sosok yang mencintai ilmu agama, Bisri kemudian melanjutkan pengembaraannya ke Kajen, tak jauh dari kampung halamannya, berguru kepada Kyai Abdul Salam. Kyai Abdul Salam selain dikenal sebagai penghapal quran, juga ahli fiqih.
Pada usai 15 tahun dia kemudian belajar pada Kyai Khalil Bangkalan. Kyai Khalil adalah guru sebagian besar ulama besar di Jawa.
Dulu merupakan hal yang lumrah, santri keliling mencari kyai untuk memperdalam satu ilmu. Namun, Kyai Bisri menemukan bentuknya setelah mondok di Tebuireng kepada Kyai Hasyim Asyari, sebeluam bertolak ke Mekah pada tahun 1912, bersama sahabatnya Abdul Wahab Hasballah, yang kelak menjadi kakak iparnya.
Pulang ke tanah kelahiran pada 1917, Bisri muda merintis sebuah pesantren. Mula-mula mendirikan sebuah surau dengan tiga santri sebagai jamaahnya. Tiap hari santri bacaan kitab, sorogan kepada Kyai Bisri.
Dalam pentas yang lebih luas, Kyai Bisri adalah salah satu tokoh yang hadir dalam pertemuan 31 Januari 1926 di Kampung Kertopaten Surabaya, yang mengirimkan komite Hijaz ke Arab Saudi.
Dalam proses pembentukan NU, Kyai Bisri merupakan pendamping Kyai Wahab sebagai penghubung dengan Kyai Hasyim Asyari. Setelah NU terbentuk, Kyai Bisri ditunjuk sebagai A’wam (pembantu) dalam susunan pengurus besar.
Ketika NU meleburkan kegiatan politiknya ke PPP, Kyai Bisri hadir menyambut tantangan demi tantangan di era awal Orde Baru itu. Salah satunya, dia membuat RUU Perkawinan.
Tantangan lain adalah menjelang pemilu 1977, ketika lambang kakbah diminta diganti, Kyai Bisri yang berhasil menahan arus pergantian itu sehingga PPP melenggang ke pentas pemilu.
Semua kiprah Kyai Bisri didasari atas kemampuannya dalam ilmu fiqih, termasuk sikap politiknya.
Kyai Bisri meninggal karena tua, dalam usia 94 tahun, pada 25 April 1980, beberapa bulan setelah terpilih sebagai Rois Amm. (IMF)
One thought on “Hari Ini, 133 Tahun Silam KH Bisri Syansuri Dilahirkan”