Merangsang Pertumbuhan UMKM di Pemuda Muhammadiyah

[YOGYAKARTA, MASJIDUNA] —  Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui Gerakan Pengusaha Berkemajuan terus digalakan di tubuh Pemuda Muhammadiyah. Sayangnya, pergerakan perekonomian di sektor UMKM belum berjalan maksimal. Karena itu dibutuhkan berbagai terobosan untuk merangsang pertumbuhan UMKM khususnya di Pemuda Muhammadiyah.

“Pemuda Muhammadiyah tidak hanya menjadi aktivis, akan tetapi harus ada yang menjadi aktivis bisnis di Pemuda Muhammadiyah,” ujar Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional,  Soetrisno Bachir seminar  bertajuk ‘Outlook Bisnis UMKM dan Geliat Perdagangan Pasca Pemilu 2019’ di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (24/8) kemarin.

Dia berharap dalam tubuh organisasi Pemuda Muhammadiyah melahirkan  banyak saudagar muda Muhammadiyah. Menurunya, organisasi sebesar Muhammadiyah memiliki modal bisnis yang lebih baik ketimbangan organisasi lain. Sebab Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha yang biasa dijadikan mitra bisnis.

“Yang terpenting jangan takut gagal,” ujarnya.

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Suryo Pratolo pun mendorong Pemuda Muhamamdiyah meningkatkan kekuatan ekonomi dengan support dari banyak pihak. Antara lain melalui kebiasaan membeli produk dari sesamanya. Menurutnya dalam istilah populernya adalah ‘cintailah produk sendiri, cintailah produk dalam negeri’.

Suryo menunjuk program potong gaji karyawan dan dosen UMY sebesar 10% di setiap bulannya untuk membeli produk persyarikatan. Nah kebetulan, UMY memiliki marketplace Bela Beli Produk Muhammadiyah Bermutu melalui bedukmutu.com.

Sementara Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Horo Wahyudi, berpandangan, ekonomi menjadi persoalan besar bagi bangsa secara global.  Padahal Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam yang memiliki potensi besar pemanfaatannya secara maksimal.

Sayangnya, berbagai sumber daya alam yang ada belum dimaksimalkan pemanfaatanya. Sekalipun dimanfaatkan secara maksimal, itupun melalui pihak asing dalam pengelolaannya.

Makanya  menjadi wajar bila bangsa Indonesia merasa jadi  tamu di negeri sendiri.

Horo menampik penilaian bahwa dalam memulai bisnis mengharuskan memiliki modal. Makanya modal kerap kali menjadi penghambar bagi seseorang yang mau melangkah berbisnis. Bagi Horo, modal bukanlah persoalan utama.  Namun kemauan yang kuat dapat melahirkan kreasi dan inovasi.

“Kemampuan berkrasi dan berinovasi inilah yang justru nantinya memikat para pemodal,” pungkasnya.

Di ujung acara, Pemuda Muhammadiyah Yogyakarta meluncurkan  ‘Warung Fastabiq’ sebagai inkubasi dan marketplace bagi pengusaha dan calon pengusaha dari kalangan Pemuda Muhammadiyah. [GZL]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *