Ilustrasi: https://hellasfellasart.tumblr.com
Oleh: Abed Ashlah (Santri di PP Afkaaruna, Sleman, Yogyakarta)
PERKEMBANGAN teknologi informasi mengalami kemajuan yang pesat. Saat ini, kita berada di era kecanggihan tekhnologi yang hebat. Salah satunya melalui gawai (gadget) berupa telepon pintar (smart phone). Telepon pintar telah dikenal oleh pelbagai usia; mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Lalu, bagaimana dengan santri yang sehari-hari tinggal di pesantren? Tentu ada perbedaan yang mencolok, anak-anak yang belajar di pondok pesantren dengan anak-anak yang tidak belajar di pondok pesantren.
Jika kita lihat, anak-anak yang tidak belajar di pondok pesantren, mereka akan bermain gadget di setiap waktu. Berbeda dengan anak yang belajar di pondok pesantren, mereka tidak bisa menyentuh gadget, karena sibuknya aktivitas yang ada di pondok pesantren atau karena aturan di pesantren. Praktis, santri hanya bisa bermain gadget saat sedang berada di rumah saat liburan pesantren.
BACA JUGA: Santri; Antara Kemandirian, Kedisiplinan, Persahabatan dan Rindu
Kebijakan penggunaan gadget di setiap pondok pesantren berbeda-beda. Terdapat pondok pesantren yang mengizinkan santrinya untuk menggunakan gadget, seperti handphone atau laptop. Namun, penggunaan gadget hanya digunakan untuk pelajaran atau tugas yang membutuhkan laptop. Tujuannya untuk memudahkaan dalam mengerjakan tugas atau pelajaran.
Namun, tak jarang aturan penggunaan gadget tersebut dilanggar. Santri menggunakan gadget di luar peruntukkan yang seharusnya, seperti bermain game ataupun bermain media sosial. Akan tetapi, lantaran kemajuan teknologi, mereka bisa saja mengganti aplikasi dengan sangat cepat dan tanpa diketahui oleh siapapun. Akibatnya, hal tersebut akan menimbulkan dampak buruk bagi santri.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan ketidakpercayaan oleh ustadz atau ustadzah terhadap santri saat mengetahui apa yang mereka lakukan dengan gadgetnya. Di samping itu, penggunaan gadget di luar peruntukkan juga dapat memengaruhi santri lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Solusi dari penggunaan gadget ini di antaranya harus ada kesadaran di dalam diri setiap santri. Ketika ustadz atau ustadzah tidak bisa mengawasi mereka saat menggunakan gadget, hanya santri yang bersangkutan yang bisa menghentikan penggunaan gadget ini. Santri harus memiliki usaha yang kuat untuk menahan diri untuk tidak membuka gadget di luar keperluan pelajaran.
Cara lainnya, santri dengan santri lainnya untuk saling mengingatkan satu dengan lainnya. Cara ini cukup mudah, karena santri tinggal bersama-sama di lingkungan pondok pesantren. Namun, jika cara ini tidak bisa dilakukan, maka cara lainnya dengan meminta tolong kepada ustadz atau ustadzah kita dengan cara jujur dan terbuka kepada mereka tentang persoalan gadget ini.
Dengan cara ini, semoga kita bisa menggunakan gadget di pondok pesantren dengan sebaik-baiknya dan menjadikan pesantren sebagai tempat belajar yang menyenangkan bagi semua.
[RAN]