Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) (sumber: MUI)
[JAKARTA, MASJIDUNA]– Peristiwa penembakan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat di Jakarta, Selasa (2/3/2023) mengagetkan banyak pihak. Aksi yang diluar dugaan itu, dilakukan oleh sosok yang disebut mengaku sebagai nabi, dan kini meninggal dunia. Polisi bergerak cepat untuk mengungkap motivasi aksi tersebut.
Sejumlah tokoh pun mengecam aksi ini. Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan peristiwa penembakan di ini bukanlah tindakan terorisme, melainkan aksi individu yang salah belajar agama.
Baca Juga: Innalilahi, Ketua MUI Jakarta KH Munahar Muchtar Meninggal Dunia
“Saya meyakini ini tindakan individu yang salah belajar agama atau orang yang salah memahami agamanya,” kata Yaqut usai pembukaan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2023 di UIN Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur, Selasa malam (2/5).
Dia berharap polisi memproses hukum peristiwa tersebut secara tuntas meski pelakunya sudah meninggal dunia.
“Aparat tetap harus memproses dan menyelidiki latar belakang peristiwa tersebut agar aksi semacam itu tidak terulang kembali,” tegasnya.
Yaqut juga meyakini semua agama di dunia selalu mengajarkan perdamaian dan cinta kasih antarsesama makhluk, bukan kekerasan dan konflik yang membuat suasana dunia menjadi mencekam.
Sementara Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan hal senada. “Apa pun alasannya, tindakan brutal yang mengancam jiwa dan mengganggu ketertiban masyarakat tidak dapat dibenarkan,” kata Ma’ruf seperti disampaikan juru bicaranya Masduki Baidlowi.
Baca Juga: MUI Kutuk Serangan Israel ke Masjid Al Aqsa di Bulan Ramadan: Secara Moral Bangkrut
Orang kedua di Indonesia itu kemudian meminta aparat kepolisian dapat segera menemukan motif di balik kejadian tersebut.
Ia juga berharap kasus ini dapat diusut secara jelas agar tidak menimbulkan polemik di kalangan masyarakat.
Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyebut, tak penting motifnya. Selama berbentuk aksi kekerasan tidak boleh dibiarkan. “Muhammadiyah mengecam setiap bentuk kekerasan atas nama apa pun,” kata Haedar Nashir saat Rakernas Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah di Surabaya.
“Tidak penting apa motifnya, budaya kekerasan tidak baik untuk Indonesia dan harus diproses hukum,” jelasnya.