Di Balik Kisah Umar bin Khatab Memecat Khalid bin Walid, Sang Panglima Perang Paling Ditakuti

[JAKARTA, MASJIDUNA]- Sudah banyak dikisahkan kehebatan dan ketegasan Khalifah Umar bin Khatab dalam memerintah. Bukan saja berlaku lurus bagi rakyatnya, tapi bahkan bagi pejabat dan keluarganya.

Salah satu kisah itu adalah ketika Umar memecat Khalid bin Walid sebagai Panglima Perang. Hal ini jelas membuat kaget kaum muslimin kala itu. Siapa tak kenal Khalid? Panglima perang umat Islam yang dijuluki Rasulullah sebagai “Pedang allah”.

Tak ada medan tempur yang dimenangkan tanpa kehadirannya, mulai dari Parsi, Iraq, dan lain sebagainya.

Tidak heran sosoknya dikagumi dan banyak dipuji.

Namun, seperti yang sudah banyak dikisahkan dan dituliskan, Khalifah Umar justeru memecatnya.

Pemecatan itu terjadi saat Khalid sedang menyusun strategi untuk mengempur Byzantium atau Romawi Timur. Sepucuk surat datanglah agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid.

Baca Juga: Kisah Umar bin Khatab Menghadapi Wabah

Namun, Khalid yang sedang memimpin rapat tidak langsung membacakan surat perintah dari Khalifah Umar itu. Dengan perhitungan bahwa kalau ia menyerahkan jabatan tersebut saat sedang rapat untuk menyerang Byzantium, maka akan terjadi kekacauan.

Karena itu, ia menyelesaikan rapat tersebut terlebih dahulu. Setelah usul-usulnya diterima dan menjelaskan cara menyerang Byzanitum, baru lah Khalid menyerahkan jabatannya sebagai panglima perang kepada Abdullah bin Ubaid.

Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kemudian kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umat bahwa perintahnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, Khalid meminta penjelasan lebih jauh kepada Umar terkait pemecatan dirinya tersebut. Karena, ia khawatir ada kekeliuran yang diperbuatnya selama memimpin perang.

Khalid memang mempunyai kelemahan di bidang tata administrasi dan pembukuan. Kendati demikian, Khalid sendiri meyakini bahwa tidak pernah keliru dalam perhitungan-perhitungan keuangan dari dana perjuangan itu.

Namun, Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan karena itu. “Itu soal yang bisa dimaafkan,” kata Umar menjelaskan kepada Khalid.

Baca Juga: Ketika Umar Bin Khatab Dikritik Rakyatnya

“Tetapi sebagai khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. Engkau adalah pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran. Tapi, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku khawatir mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab aku harus membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah aku mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur,” jelas Umar panjang lebar.

Setelah mendengar penjelaskan Khalifah Umar, Khalid tersadar dan menerima keputusan Umar yang bijaksana itu dengan keikhlasan yang sungguh-sungguh. Khalid pun mundur dari hadapan Khalifah Umar seraya melompat lagi ke medan pertempuran dan maju menyerang musuh, tidak lagi sebagai penglima perang tetapi sebagai prajurit biasa.

Begitulah seorang pemimpin berakhlak, ketika diberhentikan dari jabatannya, dia menerima dengan ikhlas. Namun pengabdiannya tidak pernah surut.

(IMF/sumber: republika/sindo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *