Pemerintah harus terus berinovasi dalam mengembangkan sektor wakaf. menyontoh Timur Tengah, Brunei Darussalam, dan Malaysia dalam menyediakan instrumen wakaf dan mengelola uang wakaf.
[JAKARTA, MASJIDUNA] — Perekonomian di banyak negara di tengah situasi pandemi Covid-19 mengalami penurunan secara drastis. Perlunya terobosan besar dengan menggunakan instrumen yang mumpuni. Namun bagi negara yang mayoritas muslim, terdapat intrumen yang dapat menopang roda perekonomian sebuah negara.
Wakaf. Ya, wakaf memiliki daya topang besar terhadap perekonomian Indonesia khususnya. Setidaknya dengan wakaf, negara cukup terbantu dalam menghadapi berbagai tekanan ekonomi di tengah situasi pandemi Covid-19. Demikian disampaikan pakar ekonomi syariah Syakir Sula sebagaimana dikutip dari laman Badan Wakaf Indonesia, Selasa (10/11).
“Ini bisa jadi sumber pendanaan baru bagi pemerintah. Ini bisa dimaksimalkan, Indonesia lagi krisis utang, harus banyak yang kreativitas dan inovasi,” ujarnya.
Syakir berpendapat, pemerintah telah mulai mengembangkan wakaf di Indonesia. Terlihat dari instrumen sukuk wakaf ritel yang sudah diterbitkan pemerintah. Namun demikian, pemerintah dinilai perlu mengontrol ketat pengelolaan dana wakaf di Indonoesia. Soalnya, potensi wakaf terbilang tinggi.
Syakir optimis bila pemerintah dalam mengelola dana wakaf dilakukan secara transparan, perkembangan wakaf di Indonesia bakal pesat. Meski diakui bagi umat muslim menunaikan wakaf tidaklah wajib, namun rasa-rasangan belum sempurna bila tidak berwakaf.
Baginya, pemerintah mesti terus berinovasi dalam mengembangkan sektor wakaf. Bahkan Indonesia sedianya dapat menyontoh Timur Tengah, Brunei Darussalam, dan Malaysia dalam menyediakan instrumen wakaf dan mengelola uang wakaf. Mesir, misalnya uang wakaf dapat dikelola dalam berbagai bentuk.
“Misalnya lahan kurma, properti, kelapa sawit. Itu sudah berkembang luar biasa,” pungkasnya.
[AHR/Foto: nova.grid.id]