[JAKARTA, MASJIDUNA]-–Setiap memasuki bulan April, kenangan pada tokoh emansipasi RA Kartini menguat di kalangan para pelajar di tanah air. Tapi Kartini bukan satu-satunya. Di Sumatera Barat ada sosok perempuan pemberani bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said. Nama ini sekarang disematkan menjadi nama jalan besar dan elite di Jakarta, yaitu Jalan HR Rasuna Said.
Perempuan ini lahir pada 14 September 1910 di Maninjau, Sumatera Barat. Berasal dari keluarga bangsawan Minang. Menempuh pendidikan sekolah dasar dan diniyah school, sekolah berbasiskan agama Islam yang terkenal reformis.Pernah pula masuk ke pesantren Ar-Rasyidiyah, dan dia satu-satunya santri perempuan.
Dia juga pernah belajar agama kepada Haji Rasul atau atau Haji Abdul Karim, yang tak lain ayah dari Hamka.
Karirnya dimulai dari dunia pendidikan sebagai guru di diniyah puteri. Tapi kemudian sejalan dengan meningkatkan kesadaran politik di tanah air, Rasuna pun berkecimpung di dunia pergerakan menjadi anggota “Persatuan Muslimin Indonesia (Permi). Di sinilah, gagasan dan pidatonya terbilang keras mengeritik pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, harus masuk penjara di Semarang, Jawa Tengah selama 13 bulan dengan tuduhan menganggu ketenteraman umum. Dialah perempuan pertama dan satu-satunya yang kena pasal “Speek Delict”, atau ujaran yang dianggap menganggu ketertiban umum.
Setelah dibebaskan dari penjara, dia kembali ke Sumatera Barat dan menemukan kenyataan kantor Permi sudah diacak-acak Belanda. Tak habis akal, Rasuna pun masuk ke dalam pergerakan Islamic College dan banyak aktif di dunia penerbitan. Tercatat pernah mendirikan harian “Raya”, dan “Menara Putri” yang terkenal dengan semboyan “Ini Dadaku, Mana Dadamu?” Koran yang terkenal kritis dan keras terhadap penjajah Belanda.
Di masa pendudukan Jepang, Rasuna ikut dalam barisan Pembela Tanah Air (PETA), cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Di masa kemerdekaan, Rasuna masuk dalam keanggotaan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), DPR-RIS dan DPRS.
Banyaknya kegiatan membuat dia lupa memperhatikan kesehatan. Rasuna pun divonis mengidap kanker darah. Perempuan tangguh ini meninggal pada 2 November 1965 di Jakarta dan dimakamkan di TPU Kalibata, Jakarta. Dia angkat menjadi pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden nomor 084/TK/ Tahun 1974.
(IMF/foto:istimewa)