[JAKARTA, MASJIDUNA]—Sebagian doa-doa yang diajarkan Rasulullah, yang kemudian diamalkan hingga kini, memiliki riwayat berbeda-beda. Misalnya, ada doa agar terbebas dari utang, yang awalnya permintaan seorang sahabat yang terlilit utang.
Begitu pula dengan doa qunut, yang dibacakan di rakaat terakhir salat subuh dan witir di Bulan Ramadhan. Doa qunut ini, memiliki riwayat yang menyedihkan. Yakni ketika seorang kepala suku dari Bani iHuzail bernama Abu Baraa datang Menghadap Rasulullah di Madinah, meminta agar mendatangkan sejumlah dai untuk mengislamkan penduduk Bani Huzail di Nejed.
Bani Huzail termasuk suku di Arab yang terkenal keras. Penduduknya ketika itu 3000 jiwa. Mendengar permintaan dari Abu Baraa, Rasulullah pun menyanggupi dengan mengirimkan 70 penghafal quran (qura).
Namun, misi dakwah ini berakhir tragis. Ketika sampai di lokasi, ketika sedang beristirahat di suatu tempat, “Perigi Maunah”, para pendakwah utusan Rasulullah ini diserang oleh suku-suku di sana, hingga menewaskan 68 orang. Hanya tersisa dua sahabat yaitu Ka’ab bin Sa’id dan Amru bin Umayah al Hadrami. Keduanya berhasil lolos dengan susah payah.
Sesampai di Madinah, diceritakan semua kisah tragis tersebut. Rasulullah pun sangat bersedih. Rasa sedih inilah yang kemudian diwujudkan dalam bentuk doa qunut, yang sering disebut “Qunut Nazilah”.
Dalam praktiknya saat ini, terjadi khilafiyah di kalangan kaum muslimin di dunia dan sudah lama menjadi ciri keberagaman fiqih Islam. Ada yang mempraktikan di salat subuh, salat witir, ada yang di setiap salat wajib, dan ada yang tidak mempraktikannya, tentu saja berdasarkan hujjah yang berbeda-beda.
Namun, satu hal yang tidak menjadi perdebatan adalah sejarah kekerasan dan bencana yang menimpa kaum muslimin yang menyebabkan doa qunut itu dilakukan. Bahwa dalam kondisi dunia Islam dilanda wabah saat ini, Rasulullah mengajarkan doa agar terbebas dari bencana. Tentu saja bisa dengan qunut nazilah di setiap salat, doa sehabis salat, dan zikir di sepanjang waktu. Islam memiliki keluasan dalam ritual berdoa. Dan Allah menyukai setiap hamba yang merintih kepada-Nya, baik dalam keadaan duduk, berbaring atau bekerja. Inilah saatnya doa-doa dipanjatkan dan perbedaan dihilangkan.
(IMF/foto:tarbawi)