“#StayAtHome” dan Momen Mengaji Bersama Keluarga

[JAKARTA, MASJIDUNA]–-Himbauan dari pemerintah agar masyarakat bekerja dan beribadah dari rumah, direspon positif. Hal ini semata-mata agar wabah corona yang sudah jadi pandemi tidak semakin menyebar di Indonesia. Masyarakat menggaungkan kerja di rumah melalui media sosial dengan tagar “#StayAtHome”.

Dampaknya, banyak orang tua yang punya anak sekolah harus pula membantu anak-anak mengerjakan tugas mereka. Namun ada pula yang membagikan hikmah di balik bekerja dari rumah, salah satunya adalah bisa mengaji bersama keluarga.

Keluarga Nova dan Sam yang tinggal di Palmerah, Jakarta Barat, misalnya, beberapa hari terakhir lebih banyak kerja di rumah. Mereka pun jadi lebih sering berkumpul bersama anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Sehabis sore, suara anak-anak mereka mengaji terdengar jelas. “Soalnya tempat pengajian juga ditutup sejak sekolah diliburkan,” kata Nova. Biasanya anak-anak mengaji sore hari hingga usai Isya di tempat pengajian tak jauh dari rumah mereka.

Momen kebersamaan anak dan orang tua di saat “Stay at Home” ini memang tepat bila dilakukan dengan mengaji bersama.

Apalagi, beberapa pemerintah daerah punya program maghrib mengaji. Jawa Barat dan DKI Jakarta, sebagai contoh. Pada 2018, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sudah me-launching maghrib mengaji. Program ini lalu dilaksanakan di hampir semua wilayah di Jawa Barat. Bahkan, pemerintah Kota Depok langsung menindaklanjuti program ini pada September 2019 lalu.

Di Jakarta, program Maghrib Mengaji juga sudah dilaksanakan sejak 2018. Bedanya, di Jakarta program ini merupakan inisiatif masyarakat bukan pemerintah propinsi.

Menurut Kepala Biro Pendidikan Mental dan Spiritual Hendra Hidayat, program itu merupakan inisiatif warga. “Ini bukan program Pemprov DKI Jakarta. Jadi tidak ada ingub (instruksi gubernur), tidak ada perintah Pak Gubernur. Jadi semuanya dikembalikan ke kesadaran warga masyarakat masing-masing,” katanya pada 2019 lalu.

Menilik tradisi beragama di tanah air, mengaji memang tidak bisa dilepaskan dari masyatakat muslim di sini. Mengaji menjadi cara menurunkan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan di tengah masyarakat.

(IMF/foto:TheAsianParent)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *