[SURABAYA, MASJIDUNA] — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendorong para santri mengembangkan keilmuan agamanya tak saja di pula Jawa. Namun ke berbagai tempat di Indonesia, di luar pulau Jawa.
Demikian disampaikan Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud dalam pembukaan ‘Daurah Santri Muassis’ di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah, Siwalan Panji – Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (31/1).
“Dengan adanya momentum ini, diharapkan santriwan-santriwati bisa mengembangkan ilmu tidak hanya di Jawa, melainkan hingga ke daerah-daerah di pelosok Tanah Air,” ujarnya sebagaimana dikutip MASJIDUNA dari laman Antara.
Bagi Kyai Marsudi, begitu biasa disapa, peringatan Daurah Santri Muassis yang digelar bersamaan dengan Peringatan Hari Lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) ke-94 ini, menjadi momentum sekaligus adanya harapan besar NU terhadap santriwan-santriwati pondok pesantren. Terutama di dalam negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tak dipungkiri, banyak pondok pesantren baru yang bermunculan. Hanya saja, tak sedikit pula metodologi pembelajarannya pun berbeda. Begitu pula dengan kitab-kitab yang diajarkannya pun berbeda halnya dengan kebanyakan pondok pesantren di Jawa Timur. Namun, kata Kyai Marsudi, pondok pesantren dan ulama NU yang memiliki pengalaman besar untuk membangun Indonesia dan mudah diterima di kalangan masyarakat
“Saya berharap santri ‘muassis‘ ini bisa menemukan, menyebarkan ilmu tidak hanya di lingkup Jawa melainkan di luar Pulau Jawa,” katanya.
Ketua RMI PWNU Jawa Timur, Kiai M Zakki Hadzik menambahkan, peringatan Harlah NU ke-94 ini, para santri “Nahdliyyin” perlu menggali filosofi berdirinya organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam besutan hadratussyaikh KH Mohammad Hasyim Asyari itu. Pasalnya semakin hari, kian banyak guncangan yang terjadi pada tubuh NU.
“Maka jika tidak diberi pemahaman tentang perjuangan NU. Saya khawatir termakan guncang guncangan dan makin jauh dari NU,” pungkasnya.
[KHA/Antara/Foto: Nu.or.id]