[JOMBANG, MASJIUDNA] — Memasuki era digital, dunia dakwah pun mendapat tantangan. Tak saja melalui cara-cara konvensional, dakwah pun harus masuk ke era digital. Begitu pula dengan para ulama. Sebab para ulama harus mampu merespons perubahan sosial yang diakibatkan oleh kecanggihan teknologi. Kemudian perkembangan ilmu pengetahuan, dan arus globalisasi yang deras mengalir dalam kehidupan umat manusia.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Agama (Wamen), Zainut Tauhid Sa’adi, saat menjadi keynote speaker dalam workshop Kaderisasi Ulama Melalui Ma’had Aly di Ma’had Aly Hasyim Asyari Pesantren Tebuireng, Rabu (6/11).
Dikatakan Zainut, ruang lingkup keulamaan menjadi tak berbatas. Tak saja wilayah keagamaan, seorang ulama juga harus mampu masuk ke dalam diskursus dan ruang gerakan sosial budaya, sosial politik, sosial ekonomi, dan politik kebangsaan.
“Semua itu adalah realitas kehidupan yang sehari-hari mempengaruhi kehidupan keagamaan. Ulama kontemporer niscaya menguasai segala hal yang berorientasi pada kemaslahatan umat manusia,” ujarnya.
Menurutnya dalam membangun keunggulan dengan integritas akademik yang tinggi, satu Ma’had Aly hanya diberikan izin penyelenggaraan untuk satu Program Studi. Dia menilai posisi program studi pada Ma’had Aly tidak semata-mata program studi, tetapi bakal dikembangkan menjadi pusat kajian keilmuan ke-Islaman dan ke-pesantrenan secara sekaligus.
Mantan anggota dewan periode 2014-2019 itu menegaskan, Kementerian Agama berkomitmen membangun pusat-pusat unggulan. Makanya, Ma’had Aly bakal ditempatkan sebagai lembaga khusus yang ada pada pesantren, sebagai lembaga kaderisasi ulama. Dalam wujudnya yang khas, pondok pesantren adalah satu satunya lembaga pendidikan islam yang mewarisi khazanah intelektual klasik.
“Ma’had aly harus menciptakan lulusan yang yang menguasai ilmu agama dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning, serta mampu menjawab tantangan jaman,” pungkasnya.
[AHR/Kemenag/Foto:Indhie.com)