Membangkitkan Islam Melalui Puisi-Puisi Muhammad Iqbal

[JAKARTA, MASJIDUNA]-–Mantan dosen Ushuluddin Universitas Islam NegerI (UIN) Jakarta Prof.Dr. Yunan Yusuf seringkai mengutip karya Muhammad Iqbal, penyair dan pemikir Islam asal Pakistan, kepada mahasisa dan koleganya di kampus. “Kalau mereka lambat, saya sering ingatkan lewat puisi Iqbal,” katanya saat berbincang dengan MASJIDUNA, usai menjadi pembicara di acara diskusi “Muhammad Iqbal: Sang Penyair Pembangun Spiritualitas Islam di Seluruh Penjuru Dunia”, yang diadakan di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jasin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jumat (13/9/2019).

Puisi yang dimaksud Yunan Yusuf adalah “Waktu Adalah Pedang” yang diambil dari kumpulan puisi Asrar-i khudi.

Semoga subur makmur makam Imam Syafi’i
Pohon anggurnya telah menggembirakan dunia!
Citanya memetik bintang dari langit
Disebutnya Waktu sebagai pedang yang membabat segalanya
Apa hendak kukata, bagaimana rahasia pedang itu?
Cahaya dan kilaunya berasal dari hidup ini
Bagai yang memilikinya bebas dari harap dan khawatir
Tanganmu lebih putih dari tangan Musa
Sekali keruk air muncrat dari tubir gunung
Dan laut jadi tanah
Musa menghunus pedang Laut Mera
h terbelah dua

Puisi panjang ini memang berisi pesan untuk jangan mengabaikan waktu. Ibarat pedang, waktu akan membunuh siapa saja yang melalaikannya. Tapi, mereka yang mampu memanfaatkannya akan sanggup meraih kemenangan, seperti yang Iqbal sebutkan:

Pedang itu pun memberi kekuatan kepada Sayyidina Ali
Yang menaklukkan benteng Chaibar
Revolusi langit begitu jelas
Perkisaran siang-malam amatlah nyata
Lihatlah! Kau yang dibelenggu masa lalu dan masa depan
Pandanglah alam lain dari kalbumu
Tapi mengapa kau semai bibit kegelapan

Kau bayangkan Waktu hanya seperti garis
Waktu cuma kau ukur dengan siang dan malam semata
Kau jadikan ukuran itu pengikat hati tak beriman
Kaulah pembuat iklan kepalsuan seperti arca-arca
Padahal dulu kau unsur yang hidup
Kini mati kering mengabu
Kini kau budak pemuja dusta

Benarkah kau Islam? Ayo, putuskan rantai belenggu itu!
Jadilah pancaran cahaya cerlang bagi agama orang merdeka
Sebab kau tak tahu asal-usul waktu
Tak kau kenal kehidupan yang kekal
Untuk berapa lama lagi kau dipenjara malam dan siang?
Petiklah rahasia waktu
Maka akan kaudapat keajaibannya.

Menampilkan kembali puisi-puisi Iqbal yang sudah menjadi karya klasik itu, bukan hanya romantisme belaka. Tapi juga mengambil spirit kebangkitan Islam. Meski Iqbal membawa nilai-nilai Islam, tapi pesannya sangat universal. “Semangat Iqbal itu bagi semua umat manusia, bukan hanya Islam,” kata Zahir Khan, Ketua Iqbal Institut.

Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Pakistan pada 9 November 1877 dan meninggal pada 21 April 1938 di Lahore, Pakistan. Sejumlah karyanya menjadi rujukan di dunia sampai saat ini. Pernah dicalonkan sebagai peraih Nobel untuk sastra. (IMF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *