Pentingnya Memahami Konsep Pendidikan Muhammadiyah

[KALASAN, MASJIDUNA] — Organisasi kemasyarakatan keagamaan, Muhammadiyah menuai banyak prestasi. Melalui  lembaga pendidikan ditingkat lokal, nasional, bahkan internasional. Ini menunjukkan Muhammadiyah mampu menjaga karakter pendidikannya.

Demikian disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional (rakernas) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah.

Haedar beralasan, organisasi yang dipimpinnya harus dapat menjaga karakter pendidikannya. Oleh karena itu, para anggota Dikdasmen perlu memahami betul konsep pendidikan Muhammadiyah.

Haedar bercerita, KH Ahmad Dahlan   merintis Muhammadiyah dari mendirikan sekolah yang berbentuk madrasah modern.  Pada saat itu terjadi banyak penolakan, karena seorang Dahlan dinilai meniru budaya barat, padahal pendidikan pesantren saat itu masih sangat kental.

Namun, Kyai Haji Ahmad Dahlan tetap istiqomah menjadikan pendidikan yang dirintisnya sebagai salah satu perspektif pendidikan era modern. Menurutnya, Kyai Dahlan memperkenalkan pendidikan yang holistik antara pendidikan agama yang sifatnya dirasah islamiyah,

“Atau yang secara sederhana orang menyebut sebagai integrasi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum,” ujar Haedar, ketika membuka acara di LPMP Kalasan, Kamis (5/9) kemarin, sebagaimana dikutip MASJIDUNA.

Bagi Haedar, api pembaharuan menjadi pondasi dan filosofi dalam rancang bangun mengembangkan pendidikan Muhammadiyah. Dia menegaskan, Kya Dahlan  tidak belajar pendidikan barat yang telah melampaui zamanya.

“Poin ini sangat penting karena sering anggota dan aktivis Muhammadiyah diberbagai lembaga majelis sering kehilangan obor sejarah ini,” katanya.

Haedar mengutip pemahaman seorang sejarawan, Kuntowijoyo yang menyebut sistem pendidikan yang diperkenalkan oleh KH Ahmad Dahlan adalah sistem pendidikan yang bisa memajukan iman, kepribadian, dan kemajuan.

Menurutnya, iman, akidah dan tauhid ini masuk dalam konteks ilahiyah, insaniah, dan alamiah. Sedangkan kepribadian itu membentuk karakter yang sebagaimana umat Islam al-akhlak karimah.

“Namun orang Muhammadiyah melakukannya pada laku pada perbuatan dari lisan tutur kata sampai tindakan,” pungkasnya. “[AHR]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *