BNI Life-PBNU Bahas Perlindungan Kesehatan Masyarakat

[JAKARTA, MASJIDUNA]  —  Kesehatan setiap orang menjadi hal paling penting dalam kehidupan. Menjaga kesehatan menjadi keharusan, termasuk proteksi dari berbagai penyakit. Itu sebabnya diperlukan formula agar kesehatan tetap terjaga dari aspek pembiayaan.

Bank Negara Indonesia (BNI) Life merupakan perusahaan asuransi milik bank plat merah itu menjalin kerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Melalui seminar  bertajuk tentang pentingnya proteksi kesehatan jiwa bagi masyarakat. Khususnya terhadap beberapa jenis penyakit. Mulai janjtung, stroke dan diabetes.

Direktur Utama BNI Life Shadiq Akasya berpendapat, merencanakan dan mengatur kehidupan terhadap tiap individu. Berpartisipasi  mengenai manajemen hidup masyarakat, itu pula yang dilakukan BNI Life. Setidaknya, terdapat empat manfaat yang  dimiliki ketika menjadi nasabah BNI Life.

“Yakni operasional, investasi, tabungan, dan perlindungan jiwa,” ujarnya di Gedung PBNU, Selasa (27/8).

BNI Life, kata Shadiq, memiliki sejumlah produk di bidang kesehatan jiwa dan investasi. Maklum dalam dunia asuransi kesehatan, BNI Life memiliki jam terbang panjang. Dia mengaku bersyukur dapat bergandengan dengan PBNU.

Sebab tak saja jumlah warga NU yang sedemikian banyak di Indonesia, namun juga dapat membantu puluhan rumah sakit NU yang tersebar di sejumlah daerah. Shadiq mengklaim memiliki jalan keluar dalam pembiayaan pengobatan di rumah sakit

“Dengan sistem smart hospital,” katanya.

Ketua PBNU Syahrizal Syarif, menambahkan seminar yang digelar sebagai upaya dalam mengulas tentang pentingnya kesehatan dan pendanaan biaya kesehatan. Menurutnya di tiap negara memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan.

Nah Singapura dan Jepang menjadi negara dengan tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang tinggi. Sementara Qatar dan Indonesia tingkat kesehatan dan kesejahteraan masih di bawah Singapura dan Jepang.

Syahrizal mengimbau agar masyarakat terus menjaga kesehatan jiwa, terutama dari beberapa penyakit. Mulai jantung, stroke dan diabetes. Bila dirata-ratakan potensi hidup, Syahrizal menilai masyarakat Indonesia mencapai usia 72 tahun. Sementara masyarakat yang terjangkit penyakit jantung mengalami kerugian 32 tahun


“Karena biasanya jika memiliki penyakit jantung di usia muda ia bisa meninggal diumur 40-tahunan,” pungkasnya. [AHR]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *