Secangkir Kopi, Seteguk Dakwah

[JAKARTA, MASJIDUNA]–Syeikh Yusuf Estes ulama asal Texas Amerika Serikat itu, dikenal sebagai syeikh yang lucu (funny syeikh). Ya, karena pesan dakwahnya yang ringan dan bisa membuat orang tersenyum.

Tahun lalu dia berkunjung ke Indonesia. Salah satu yang menjadi topik pembicaraan adalah kopi.

Syeikh Yusuf memang penggemar berat kopi. Menurut dia, kopi pertama kali ditanam di Ethiopia tapi berkembang dan disukai di Yaman. Para penggembala kambing di Yaman, biasanya terjaga di tengah malam untuk salat dan terheran-heran saat melihat kambing mereka berjingkrak setelah memakan semacam rumput dari Ethiopia. Ternyata itu karena memakan kopi alias qahwah dalam bahasa Arab.

Dari Yaman, kopi dibawa ke Eropa dan berkembang di sana menjadi salah satu minuman favorit. Bagi Syeikh Yusuf, secangkir kopi juga secangkir dakwah tentang Islam. “Di Ohio kami membuka kafe dakwah,” katanya.

Di Indonesia, perkembangan pecinta kopi terus meningkat. Bukan saja kopi import yang merajai tapi kopi lokal pun banyak diburu. Lihat saja di mal-mal bahkan hingga warung pinggir jalan, kopi menjadi salah satu menu yang disukai.

Sampai-sampai, ada acara yang khusus tentang kopi yaitu Jakarta Coffee Week yang akan digelar pada 30 Agustus hingga 1 September di Jakarta. Ini ajang berkumpulnya penggemar kopi dan tentu saja penjual kopi.

Rupanya, para sufi dan ulama dahulu pun banyak yang menggemari kopi. Jangan heran ada beberapa ulama yang khusus menulis kitab tentang kopi. Misalnya, dalam Al Allamah Abdul Qodir Bin Muhammad Al Jaziry dalam kitabnya Umdatus Shofwah fi Hukmil Qohwah, banyak ulama yang berfatwa mengenai hukum kebolehan meminum kopi seperti Sayyid Syekh Zakariya Al anshori, Sayyid Syekh Abdurrohman Bin Ziyad, Sayyid Syekh Zarruq Al Maliki Al Maghribi, Sayyid Syekh Abu Bakr bin Salim Attarimi, dan Sayyid Syekh Abdulloh Al Haddad.

Di Indonesia, Syekh Ihsan Jampes juga pernah menulis kitab tentang kopi yang diberi judul Irsyadul Ikhwan fi Syurbil Qohwah wa Addukhon. Nah, ternyata kopi bisa membawa pesan tentang Islam. (IMF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *