[JAKARTA, MASJIDUNA]—Tingkat melek baca (literasi) masyarakat Indonesia dikenal rendah, berada pada posisi 62 dari 70 negara. Kurang hobi baca ini berdampak pada kualitas sumber daya manusia secara umum dan daya saing yang rendah.
Menyadari kelemahan tersebut, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Agama mengambil inisatif memberikan pelatihan kepada para pustakawan di sejumlah madrasah. Pelatihan yang berlangsung di Jogjakarta pada 19-21 Agustus ini dihadiri para pustakawan yang sehari-hari menata buku dan perpustakaan di sejumlah madrasah.
Menurut Kassubag Tata Usaha M.Sidik Sisdiyanto, pelatihan ini penting untuk mengasah kemampuan para pustakawan madrasah. “Literasi di madrasah adalah suatu keharusan, mencakup kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, para siswa. Dengan peningkatan kompetensi pustakawan dan kualitas perpustakaan diharapkan madrasah akan memiliki budaya literasi yang kuat,” kata Sidik di Yogyakarta, Rabu (21/08/2019).
Selama ini diakui pengelolaan perpustakaan yang rendah memang berdampak pada minat baca siswa. Siswa enggan datang ke perpustakaan dan membaca buku karena perpustakaan tidak menarik.
Menurut Imas Maesaroh, yang menjadi salah satu narasumber, literasi akan mempu memfilter siswa dari berita atau opini yang menyesatkan. “Anak bisa membaca baik, tapi kita harus melatih anak membaca kritis dan menganalisis informasi, terlebih era sekarang era digital. Informasi bertebaran di mana-mana, sehingga siswa harus diajarkan memfilter informasi mana yang hoax mana yang fakta, termasuk berita atau opini,” ungkap master perpustakaan lulusan University of New South Wales Australia dan S3 dari Curtin University Singapore. (IMF).