(7) Ramadan di Sydney: Buka Bersama Keluarga Mahasiswa Indonesia

LAPORAN: Dr. Izza Rohman, M.A. (Dosen UHAMKA/Pemerhati Sosial Keagamaan)

[WARMICK FARM, SYDNEY, MASJIDUNA] — Ramadan tidak saja menyediakan kesempatan yang baik bagi semangat pergi ke masjid. Masjid lebih penuh di bulan Ramadan dibandingkan bulan lain. Akan tetapi, Ramadan juga menyuguhkan momentum bagi penguatan ikatan persahabatan dan kekeluargaan.

Ramadan juga diisi dengan kegiatan silaturahim, berkunjung kepada teman dan ibadah bersama keluarga. Ini yang juga terjadi di kalangan mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Sydney bersama keluarga mereka.

Malam ini (16/3/24), kami memenuhi undangan buka puasa bersama Mbak Uma dan Pak Johan, dua mahasiswa S3 Western Sydney University, yang dua bulan lagi pulang ke Indonesia, di kediaman (unit) mereka di Warwick Farm, sekitar 20 menit (dengan kendaraan pribadi) dari tempat kami tinggal.

Acaranya sederhana dan informal saja. Kebersamaan dan silaturahim yang dipentingkan. Yang diundang pun beberapa keluarga mahasiswa saja (untuk dapat tertampung di ruang tamu yang terbatas tentunya). Yang hadir lima keluarga saja, termasuk tuan rumah. Hampir semuanya membawa serta anak-anak. Kebetulan yang diundang adalah keluarga mahasiswa yang lebih junior di sini, yang belum pernah sempat berkunjung ke rumah Pak Johan dan Mbak Uma. Mereka datang dari Punchbowl, Bankstown dan Lakemba. Sebagian dengan kendaraan pribadi, sebagian lagi naik kereta (kebetulan dekat sekali tempatnya dengan Stasiun Warwick Farm).

Baik tuan rumah ataupun yang berkunjung sama-sama menyiapkan/membawa hidangan. Jadilah tersaji beragam makanan selera nusantara, dari rawon hingga sate padang, dari bakwan hingga bubur sumsum. Maknyus.

Tema obrolan pun bervariasi, dari yang terkait dengan anak-anak, urusan akademik, kehidupan mahasiswa, diaspora Indonesia, tradisi Islam di Australia, hingga politik di tanah air. Tak ada yang memberi komando atau memandu, semuanya mengalir saja.

Setelah maghrib berjamaah (dalam tiga gelombang), obrolan dan santapan berlanjut hingga hampir jam 9 malam. Acara ditutup dengan sesi foto bersama, salaman terima kasih, dan pembagian bungkusan hidangan “oleh-oleh” untuk setiap keluarga yang datang.

Sekalipun keluarga yang hadir memiliki latar belakang habitat sosial-keagamaan, bidang ilmu, dan kampus yang berbeda, mereka tetap diikat oleh keindonesiaan dan tradisi Ramadan. [RAN/Foto: Dokpri]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *