Oleh: Juraidi Malkan (Dosen Universitas PTIQ/Ketua BP4 Pusat)
SALAH satu keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan adalah Allah akan mengampuni seluruh dosa kita yang telah lalu, sebagaimana diwartakan hadits yang sangat populer yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ر. ض. قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Sunan Tirmidzi nomor hadits 683 versi Maktabatu Ma’arif Riyadh).
Sebagai manusia kita sering melakukan kesalahan dan berbuat dosa, entah karena lupa maupun sengaja. Ahli hikmah mengatakan: الانسان محل الخطاء و النسيان – manusia tempatnya salah dan lupa. Namun, sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau memohon ampunan kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam adalah bersalah, dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi)
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ أَنَّ اْلعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا لَخَلَقَ اللهُ خَلْقًا يُذْنِبُونَ، ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ، وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun, sangat menyukai hambaNya yang meminta ampun, satu langkah hamba mendekat kepada Allah, sepuluh langkah Allah mendekati hambaNya. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits qudsi berikut ini:
عن أنس بن مالك وأبي هريرة ر. ض , عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فيما يرويه عن ربه عز وجل قال :إذا تَقَرَّبَ العبدُ إليَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إليه ذِرَاعًا، وإذا تَقَرَّبَ إليَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وإذا أتاني يمشي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. (رواه البخاري).
“Dari Anas bin Mālik dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhumā- dari Nabi SAW, sebagaimana yang diriwayatkan dari Tuhannya -‘Azza wa Jalla-, Dia berfirman, “Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil”. (HR. al-Bukhari).
Kepada hamba-hambaNya yang berdosa Allah memanggil dengan panggilan yang lembut, sebagaimana firmanNya:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥٣)
Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar: 53).
Hal inilah yang dilakukan oleh Abu Nawasy yang memohon ampunan Allah meskipun dia merasa dosanya sudah menggunung. Begini ungkapannya pengakuan (al-i’tiraf):
إِلٰـهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً # وَلَا أَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَحِيم
فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِيْ # فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
ذُنُوْبِيْ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَــالِ # فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً يَاذَاالْـجَـلَالِ
وَعُمْرِيْ نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ # وَذَنْبِيْ زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ
إِلٰـهِيْ عَبْدُكَ الْعَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذُّنُـوْبِ وَقَدْ دَعَـاكَ
فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ # فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ يَرْجُوْ سِوَاكَ
Artinya:
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga,
tapi aku tidak kuat terhadap neraka jahim.
Maka berilah aku taubat, dan ampunilah dosaku,
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun segala dosa yang besar.
Dosaku (banyak) bagaikan bilangan pasir (di pantai),
maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang Maha Agung.
Umurku ini setiap hari berkurang,
sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya?.
Wahai Tuhanku! HambaMu yang berbuat dosa telah datang kepadaMu,
dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu.
Jika Engkau Mengampuni, maka Engkaulah yang berhak Mengampuni,
Jika Engkau menolak, kepada siapa lagi aku mengharap, selain kepada Engkau.
Al-Quran menyuruh kita bersegera untuk menggapai ampunan Allah وسارعوا الى مغفرة من ربكم وجنة dan melakukan taubat nashuha ياايها الذين امنوا توبوا الى الله تربة نصوحا yang akan mensucikan ruh dari segala kotoran-kotorannya dan membersihkan hati dari raan (karat)nya. Karena dosa-dosa adalah karat yang melekat pada hati dan penghalang dari segala hal yang dicintai Allah. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ مِنْهَا، وَإِنْ زَادَ زَادَتْ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَذَلِكُمُ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ: كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka akan terjadi bintik hitam di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dan melepaskan dosa tersebut serta beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan. Namun, jika ia menambah dosanya, maka bintik hitam tersebut pun akan bertambah hingga menutupi hatinya. Maka itulah yang dimaksud dengan raan (karat) yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka: كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [Al-Muthaffifin/83: 14].
Jangan sampai hati kita berkarat dan berpenyakit seperti disinyalir Al-Quran:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (١٠)
Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (QS. Al-Baqarah: 10)
Oleh karena itulah Al-Quran menyeru kita untuk bersegera kepada ampunan Allah dan kepada sorgaNya yang luas seluas langit dan bumi:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran: 133).
Rasulullah SAW menyuruh kita memperbaiki diri sebagaimana hadits beliau:
عن عائشة رضي الله عنها , ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: سَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَاَبْشِرُوْا, فَاِنَّهُ لاَ يُدْخِلُ اَحَدًا مِنْكُمُ الْجَنَّةَ عَمَلُهُ, قَالُوْا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُوْلَ الله, قَالَ وَلَا أَنَأ, اِلَّا اَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ. وَاَنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ الى اللهِ أَدْوَامُهَا وَاِنْ قَلَّ. (رواه مسلم)
“Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: berlaku jujurlah, mendekatlah (kepada Allah), dan bergembiralah.Maka ketahuilah tidak masuk sorga salah seorang dari kalian karena amalnya. Para shahabat bertanya: tidak juga engkau ya Rasulallah? Rasulullah SAW menjawab: tidak juga saya, kecuali Allah melimpahkan kepadaku ampunan dan rahmat. Dan (ketahuilah) bahwa amalan yang sangat disenangi Allah adalah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit”. (HR. Muslim).
Ampunan dan rahmat Allah itu dibuka lebar di bulan Ramadhan ini, rugi kita kalau tidak memanfaatkan kesempatan emas ini. Nabi SAW mengingatkan:
رغم اتف رجل دخل عليه رمضان وتم رمضان قبل ان يغفر له
Artinya: “Celaka orang yang berjumpa dengan Ramadhan, dan berakhir Ramadhan, namun dia tidak juga mendapat ampunan Allah”.
Semoga perjumpaan kita dengan Ramadhan Tahun ini memberi atsar (bekas) yang mendalam berupa diampuninya segala dosa-dosa kita yang telah lalu, sehingga kita suci kembali bagaikan bayi yang baru dilahirkan ibunya. Amin. Wallahu A’lam. [RAN]