Oleh Noryamin Aini (Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta)
Dalam kepasrahan seorang hamba di batas kuasa kemanusiaannya, ada keikhlasan dan kasih sayang Allah. Jangan paksakan kehendakmu pada Allah, karena ini satu maksiat pembangkangan hakikat ketaatan seorang hamba pada sang Khaliq. Kekecewaan adalah “buah” dari kegagalan qalbu menundukkan diri pasrah atas takdir Allah.
Kawan! Saya selalu meyakini pernyataan ini “ketika kuasa manusia pupus di titik ketidak-berdayaan dan kepasrahannya,” sejatinya, Allah sedang berkalam di qalbu kita “Sekarang, semua masalahmu menjadi limpahan wujud karunia dan kasih-sayang-Ku; dan Aku akan mewujudkan kebaikan prasangka hamba-Ku; karena Aku adalah tajalli getar bisik prasangka baik itu”
Menurutku, kesedihan dan kecewaan adalah perwujudan superiotas nafsu atas kepasrahan qalbu pada kuasa Allah. Kepasrahan dengan tetap penuh pengharapan segala hal yang terbaik versi seorang hamba, akan mengondisikan qalbu menjadi resonan yang akan berefek ikhlas dan kondisi kedataran qalbu saat menyikapi cobaan.
Bagi qalbun salīm, semua ketetapan Allah selalu menjadi jembatan dan tangga yang terbaik untuk seorang hamba meniti tangga kemuliaan.
[RAN/Foto: Internet]